Kamu begitu
gembira begitu bulan Desember telah tiba. Setiap hari kamu selalu membicarakan
tentang hari yang kamu selalu tunggu-tunggu. Kamu selalu sibuk mengingat berapa
hari lagi hari itu tiba. Dengan wajah polosmu, kamu kadang merengek manja pada
ku ataupun lelaki yang kau panggil Ayah. Hampir setiap hari pula kau
mengingatkan kami hadiah yang kau inginkan pada hari itu, hari ulang tahunmu. Ketika
hari itu tiba kamu selalu bangun lebih awal dari kami. Pernah suatu waktu kamu
membangunkan kami pagi-pagi buta untuk mengatakan bahwa itu adalah hari ulang
tahunmu lalu kita berdoa bersama untukmu, gadis kecil kami.
Aku selalu suka
saat menyisir rambutmu yang hitam dan panjang seperti milikku, sekedar
menguncirnya dengan pita warna-warni ataupun mengepangnya dengan cantik. Lalu
kamu selalu memberi kami kecupan di kedua pipi kami dengan rona wajah bahagia
dan selalu bersemangat. Ahh kamu selalu manis, sayang. Kami beruntung Tuhan
menitipkan kamu pada kami.
Kamu pun tumbuh
menjadi gadis remaja yang manis dan cantik. Kamu mulai nyaman untuk berbagi
cerita dengan temanmu dibandingkan dengan kami. Lebih senang menghabiskan waktu
dengan teman-temanmu. Kamu pun tak lagi suka aku yang menyisir rambutmu. “Aku
bisa menyisir sendiri, Bu. Aku bukan anak TK lagi,” katamu dengan nada kesal
padaku. Aku memahamimu, gadis manisku.
Lalu kamu telah
menjadi gadis manis kami yang dewasa. Kamu memilih tinggal jauh dari kami. Kami
kesepian tanpamu. Tak ada rengekan manja, tawa riang dari bibirmu, teriakanmu
ketika kamu marah. ataupun tangis karena teman atau pacar. Tapi kami tak pernah
lupa untuk selalu menyelipkan namamu dalam tiap doa kami. Berharap kamu selalu
bahagia dan dapat hidup baik tanpa kami serta bisa segera kembali ke rumah kita
yang penuh kenangan tentangmu yang selalu manis untuk kami.
Sekarang kamu
benar-benar telah dewasa, sayang. Kamu benar-benar cantik dan dewasa. Kami
bangga padamu. Kamu tak mengecewakan kami dan mampu menjaga kepercayaan yang
kami beri. Kamu benar-benar sudah kembali. Aku memelukkmu erat seakan tak ingin
kamu pergi lagi. Tapi kami tahu suatu saat kamu benar-benar akan mengatakan
itu, pergi untuk menjalani hidupmu bersama orang yang kau pilih untuk menjadi
pendamping hidupmu.
Hari ini kamu begitu
cantik dengan kebaya putih di hari bahagiamu. Aku memandangi wajahmu yang
sangat bahagia. Tanpa kusadari, sesuatu yang hangat jatuh dari pelupuk mataku.
Lalu kamu memelukku erat. Lama sekali.
“Aku sayang sama
Ibu dan Ayah,” katamu sambil memelukku. “Sangat sayang dan selalu sayang. Ayah
dan Ibu adalah orang tua terbaik, aku sangat bahagia bisa terlahir sebagai putri
Ayah dan Ibu,” katamu lagi dan mencium kedua pipiku.
Ahh, kamu manis
sekali sayang. Kami tak akan pernah bisa lupa semua tentangnu yang selalu
manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar