Senin, 23 Januari 2012

Merindukanmu itu seru! #FF12


Merindukanmu itu seru. Aku bisa jadi apa saja yang tak pernah kubayangkan. Aku bisa jadi pelukis yang bisa menggambarkan bagaimana rupa wajahmu. Menjadi pujangga yang pandai merangkai kata-kata indah tentang kita. Atau menjadi penulis yang bisa menceritakan tentang rinduku hingga menyimpannya dalam satu folder khusus di laptopku.
Merindukanmu itu sakit. Menahan perih karena tak kunjung bersua denganmu. Merindukanmu itu pahit. Terkadang saat bertemu denganmu tak selalu manis seperti yang kubayangkan. Hingga kadang aku berharap rindu itu tak pernah ada. Aku hanya ingin rindu itu yang mencariku, merindukanku.
Merindukanmu itu seperti menikmati secangkir kopi. Pahit tapi tak pernah membuatku menggantinya dengan yang lain. Kamu seperti candu. Kadang membuatku sakit tapi tak jua membuatku berhenti merindumu.
Aku melangkahkan kedua kakiku dengan penuh rasa percaya diri. Rasa bahagia yang melambung tinggi membuat rasa rinduku padamu makin bergejolak hebat. Hari ini kita akan bertemu di senja yang cerah,.Persis seperti dugaanku, kamu memilih coffee shop sebagai tempat dimana aku bisa melebur rinduku. Aku memilih duduk di tempat favoritku, di sudut ruangan dekat kaca. Aku membuka laptopku, mengetik beberapa baris tentang kamu. Seakan tak pernah habis kata-kata tentangmu.
Aku begitu asyik dengan laptopku sampai tak menyadari kehadiranmu. Kamu datang lalu mencium kening dan mengatakan maaf karena terlambat datang. Lalu kamu bicara, entah tentang apa. Maaf aku tak memperhatikan ceritamu karena kedua mataku terlalu terpaut pada kedua matamu. Memandangimu pun terasa sudah mampu melebur rinduku.
Lalu kamu diam cukup lama. Aku menunggu. Sebuah kotak kecil kamu sodorkan sembari berkata, “Menikahlah denganku.”
Diam. Aku tak mampu berkata-kata. Kemana kata-kata yang biasanya mengalir deras tentangmu. Mereka menghilang dariku. Meninggalkanku dan membiarkan aku mencari-cari sendiri kepingan kata yang terserak entah dimana. Kamu menunggu jawabannya dengan wajah was-was. Sementara aku masih terlalu sibuk mempertahankan diriku untuk tetap sadar. Dan wajahmu yang tampan itu berbinar campur haru lalu menyematkan cincin cantik itu. Aku menangis tanpa kusadari. Lalu kamu mencium keningnya. Ya, keningnya bukan keningku.

Merindukanmu itu sakit. Merindukanmu itu pahit. Tapi merindukanmu itu seru meski kau tak pernah jadi milikku. Meski kamu tak mengenalku dan merasakan rinduku.
Merindukanmu itu seru!




(special to Serda Hendri, whereever you are)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar