Sabtu, 28 Januari 2012

Soto Koya - FF

                Hujan terlalu deras di luar sana. Kamu mendengus kesal dan mengeluh tentang hujan yang menurutmu sudah mengacaukan rencanamu. Hari ini kamu akan pergi nonton film di bioskop dan makan malam dengan teman dekatmu. Teman dekat yang kamupun menyimpan perasaan yang lebih padanya. Aku juga melihatmu sibuk sekali menyiapkan diri sejak kemarin malam hanya untuk hari ini bersamanya. Menyeretku dengan paksa untuk mengantarmu beli baju baru, wedges pertamamu, dan aksesoris lain yang ‘perempuan banget’.
                Kamu masih dengan wajah kesalmu yang menurutku lucu. Aku senyum-senyum sendiri melihatmu seperti itu. Lalu kamu menyadarinya. “Ih malah senyum-senyum. Seneng ya kalo acara gue gagal?!” katanya makin kesal. Aku tak menjawab dan mengalihkan pandanganku ke hujan di luar sana yang makin deras.
                “Ahhhh, cepetan reda dong hujannya!”
                “Udahlah, berarti Tuhan tuh ga ngijinin elu buat ketemu dia hari ini,” kataku kalem.
                Dia melempar tas kecilnya ke arahku dan sukses mengenai dadaku. “Huh bukannya ngasih solusi malah bikin tambah kesel aja lu!”
                “Terserah deh. Gue laper mau makan!” kataku sambil meninggalkannya menuju dapur rumahku.

                Setelah aku di dapur entah apa yang dilakukannya di ruang tamuku, yang samar-samar kudengar ia menelepon teman dekatnya itu. Aku sedikit mendengar ia minta maaf dan sangat menyesal. Pembicaraan selanjutnya aku tak tertarik untuk mendengarnya dan aku menyibukkan diri, mencari sesuatu yang bisa mengganjal perut sambil menunggu Mama kembali dari acaranya.
                Cukup lama aku di dapur dan kembali ke ruang tamu dengan dua mangkuk soto koya buatan Mama tadi. Gista masih di duduk di tempat yang sama seperti saat aku meninggalkannya tadi, tapi dengan penampilan yang sudah tak rapi lagi.
                “Masih kesel?” tanyaku. Dia tetap saja memandangku sebal. Aku meletakkan mangkuk itu di meja dan matanya melirik dengan minat.
                “Makan dulu nih, lumayan daripada lumanyun,” kataku sambil memberikan satu mangkuk padanya. Dia mencium wanginya dan tersenyum. “Hmm.. soto koya, thanks Gio.”
Aku sangat bersyukur Tuhan menurunkan hujan sore ini. Membuatmu terjebak di rumahku dan tak bisa pergi makan malam dengan menu yang tak jauh-jauh dari steak sambil diiringi home band.  Sebagai gantinya  kamu menikmati makan malam dengan soto koya diiringi alunan orchestra alam bersamaku, temanmu yang menyimpan perasaan khusus padamu sekian lama.


Bogor, when rain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar