Hujan
terlalu deras di luar sana. Kamu mendengus kesal dan mengeluh tentang hujan
yang menurutmu sudah mengacaukan rencanamu. Hari ini kamu akan pergi nonton
film di bioskop dan makan malam dengan teman dekatmu. Teman dekat yang kamupun menyimpan
perasaan yang lebih padanya. Aku juga melihatmu sibuk sekali menyiapkan diri
sejak kemarin malam hanya untuk hari ini bersamanya. Menyeretku dengan paksa
untuk mengantarmu beli baju baru, wedges pertamamu, dan aksesoris lain yang
‘perempuan banget’.
Kamu
masih dengan wajah kesalmu yang menurutku lucu. Aku senyum-senyum sendiri
melihatmu seperti itu. Lalu kamu menyadarinya. “Ih malah senyum-senyum. Seneng
ya kalo acara gue gagal?!” katanya makin kesal. Aku tak menjawab dan
mengalihkan pandanganku ke hujan di luar sana yang makin deras.
“Ahhhh,
cepetan reda dong hujannya!”
“Udahlah,
berarti Tuhan tuh ga ngijinin elu buat ketemu dia hari ini,” kataku kalem.
Dia
melempar tas kecilnya ke arahku dan sukses mengenai dadaku. “Huh bukannya
ngasih solusi malah bikin tambah kesel aja lu!”
“Terserah
deh. Gue laper mau makan!” kataku sambil meninggalkannya menuju dapur rumahku.
Setelah
aku di dapur entah apa yang dilakukannya di ruang tamuku, yang samar-samar
kudengar ia menelepon teman dekatnya itu. Aku sedikit mendengar ia minta maaf
dan sangat menyesal. Pembicaraan selanjutnya aku tak tertarik untuk
mendengarnya dan aku menyibukkan diri, mencari sesuatu yang bisa mengganjal
perut sambil menunggu Mama kembali dari acaranya.
Cukup
lama aku di dapur dan kembali ke ruang tamu dengan dua mangkuk soto koya buatan Mama tadi. Gista masih di duduk di tempat
yang sama seperti saat aku meninggalkannya tadi, tapi dengan penampilan yang
sudah tak rapi lagi.
“Masih
kesel?” tanyaku. Dia tetap saja memandangku sebal. Aku meletakkan mangkuk itu di
meja dan matanya melirik dengan minat.
“Makan
dulu nih, lumayan daripada lumanyun,” kataku sambil memberikan satu mangkuk
padanya. Dia mencium wanginya dan tersenyum. “Hmm.. soto koya, thanks Gio.”
Aku sangat
bersyukur Tuhan menurunkan hujan sore ini. Membuatmu terjebak di rumahku dan
tak bisa pergi makan malam dengan menu yang tak jauh-jauh dari steak sambil
diiringi home band. Sebagai
gantinya kamu menikmati makan malam
dengan soto koya diiringi alunan orchestra alam bersamaku, temanmu
yang menyimpan perasaan khusus padamu sekian lama.
Bogor, when rain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar