Rabu, 25 Januari 2012

Ini bukan judul terakhir #FF14

Aku menatap cermin di depanku. Memandangi wajah di seberang sana dengan sedih. Begitu banyak kata yang kuciptakan untukmu, tapi tak satupun yang mampu kusampaikan. Aku lalu menepis kertas-kertas putih yang ada di meja. Rasanya semua percuma saja. Aku mulai lelah dengan semua ini. Aku hanya ingin kamu mendengar satu saja. Tak bisakah?
                Mungkin aku yang seharusnya sadar diri, kamu tak mungkin tahu tempatku jadi mana mungkin kamu bisa datang dan mendengarku. Mendengarkan suaraku yang sudah mampu menyenangkan banyak orang. Seorang perempuan berambut pendek masuk ke ruangan, memberitahuku kalalu sudah waktunya aku untuk tampil. Aku menarik nafas sejenak, mencoba meninggalkan tentangmu yang sedari tadi berkelebat hebat di pikiranku.
                Aku meraih mikrofon di meja kecil itu. Aku mencoba menyapa semua orang yang ada di depanku dengan ramah meski sebenarnya hatiku sedang buruk. Akupun mulai menyanyikan lagu itu. Lagu yang sengaja kuciptakan untukmu. Pikiranku melayang dan merasa kalau semestinya aku mulai berhenti menuliskannya untukmu. Meski kadang aku merasa lelah, tapi sesekali aku seringakali berharap kalau ini bukanlah judul terakhir yang bisa kuciptakan.
                Sudut mataku menangkap satu sosok yang ada di sudut ruangan sana. Itu kamu. Aku melihat wajahmu dari jarak yang cukup dekat. Aku melihatmu begitu memperhatikanku. Andai kamu tahu lagu ini untukmu. Ingin rasanya aku menghampirimu dan menyapamu, sekali saja. Aku sudah terlalu lelah menyimpan kerinduan ini sejak lima tahun lalu.

                Kamu menghampiriku di belakang panggung. “Hei, “ sapamu. Aku hanya tersenyum.
                “Namaku Arbi,” katamu lagi. Ya aku sudah tahu namamu lima tahun lalu.
                “Ada apa ya?” tanyaku mencoba lebih datar.
                “Tadi aku mendengarkan suaramu, bagus sekali dan apakah itu lagu ciptaan sendiri,” Tanya Arbi.
                “Ya, itu ciptaanku untuk seseorang, Ada masalah?”
              “Aku tertarik dengan lagumu. Aku ingin mengajakmu bekerja sama, dan ini kartu namaku,” katamu sambil menyodorkan kartu namamu. “Aku tertarik untuk membeli lagumu.”
                Aku hanya diam memandangi kartu nama yang ada di tanganku. Arbiandra, SE. , general manager dari salah satu perusahan rekaman.
                “Apakah itu artinya aku masih harus menciptakan lagu lagi?” tanyaku.
                “Aku harap begitu.”
                Tentu saja ini bukanlah judul terakhir dan aku harus memulai judul baru tentangmu karena masih akan banyak judul lagi yang akan tercipta. 




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar