Ada YM muncul di
layar laptopku ketika aku sedang serius dengan tugas kuliahku. Kulihat namanya
yang muncul disana. “Akhirnya dia muncul juga ke permukaan. hhahaa..” kataku
senang. Rasanya sudah lama sekali ia tak menyapaku sejak dia pindah ke Bandung.
Manusia gara-gara, cowok menyebalkan yang kurindukan.
Dia : Haii Rei.
Aku : Eh manusia
gara-gara. kmana aja?
Dia : Biasalah
sibuk. apa kabar kamu?
Aku : baik. kamu
pasti sibuk sama organisasi ini itu deh.
Dia : Hahahaa
tau aja.
Aku : Taulah,
dari jaman sekolah kan yang bikin lu sibuk Cuma organisasi yang OSIS, ekskul
atau apalah itu.
Dia : Hehehe..
perhatian banget sih lu ama gue, sampe segitu ingetnya.
Aku : Gimana gak
inget, sampe susah banget ngajak lu maen.
Dia :
Ngomong-ngomong tentang maen, lu masih suka maen sampe malem ya?
Aku : Masih, emang kenapa?
Dia : Ih nih
anak bandel banget sih. udah gue bilangin dari dulu jangan suka pulang malem
juga!
Aku : Biarin!
Emangnya lu gaulnya sama organisasi mulu ! :p
Obrolan kami
lewat yahoo messenger malam ini membuatku melupakan tugas kuliah yang deadline
besok pagi. Aku hanya tak ingin melewatkan kesempatan ini, kesempatan untuk
mengobrol dengannya dan bercerita banyak hal dengannya. Walaupun kadang ia
menyebalkan setengah mati, tak jarang pula ia bisa menjadi sosok yang dewasa,
memberikan ku semangat agar tak mudah menyerah, memberikan nasihat dan
mengingatkanku pada hal-hal baik. Aku merasa ia seperti sosok kakak lelaki yang
tak aku miliki. Akupun tak mengingkari kalau akupun menyukainya walaupun
sebenarnya aku juga sudah sangat nyaman dengan hubungan kami yang seperti ini.
Dia : Weekend
gue ke Bogor, temenin gue ke Kota tua yuk.
“Oh Tuhan! Mauu bangeet.. “ kataku bersorak.
Aku : OKe, tapi
jangan lupa sisir rambut terus bajunya yang rapi ya manusia gara-gara!
DIa : Masih
belum berubah aja deh pesen lu kalo kita mau maen atau ketemu.
Aku : Iyalah,
biar ga malu-maluin gue. Mau ga?
Dia : Oke deh
cerewet. see u..
Aku : Huh manusia
gara-gara!
Dia sudah
offline.
Matanya
mencari-cari tempat yang bagus untuk dijadikannya objek untuk hobi fotografinya.
Aku yang duduk disampingnya seperti tak dilhatnya. Dia terlalu asyik dengan
kamera dan suasana Kota Tua yang seakan tak pernah membosankan baginya. Anggara
namanya, cowok yang sudah tiga tahun ini menjadi temanku. Kami dipertemukan di
satu sekolah menengah yang sama dan satu kelas. Ia sosok yang ramah, baik, dan
menyenangkan bagiku walaupun kadang ia bisa jadi sangat menyebalkan bagiku.
Dengan wajah yang tampan, pintar, dan ramah menjadikannya cowok yang populer
dan menjadi idola para cewek-cewek di sekolah. Bahkan tak sedikit cewek-cewek
itu minta tolong padaku untuk menyampaikan sesuatu atau hanya sekedar titip salam.
“Rei, gue kesana
dulu ya,” katanya sambil menunjuk satu bangunan tak jauh dari museum Fatahilah.
Aku mengangguk dan bangun dari dudukku tanpa berkata-kata, tapi ia buru-buru mencegahku.
“Lu disini aja, gue cuma sebentar doang kok,”katanya lagi dan langsung berlalu
tanpa mendengarkanku. Aku hanya bengong
mendengarnya, dia ini makin menyebalkan saja, teganya dia meninggalkan aku
sendirian memangnya aku ini pembantunya!
Aku hanya
mendengus kesal setelah dia pergi. Tadinya aku membayangkan pertemuan hari ini
akan menyenangkan bagiku, saat dimana aku dan dia bisa bercerita banyak hal setelah kami berpisah setelah perpisahan
sekolah, kehidupan kami di kampus masing-masing, atau hanya sekedar bercanda
dan mengenang masa sekolah. Dia memilih untuk melanjutkan studinya di kota
Bandung dan aku memilih kota Jakarta. Komunikasi kami sedikit berkurang sejak
saat itu, dan aku bahagia ketika akhirnya ia mengatakan bahwa ia akan ke Bogor
untuk liburan dan memintaku menemaninya walau akhirnya tetap saja kota tua yang
jadi pilihannya.
Sepuluh menit
sudah ia membuatku menunggunya dan ia kini sudah duduk di sampingku. Aku menengok
ke arahnya dengan wajah kesal. Entah apa dia tak melihat raut wajahku yang
kesal ata pura-pura tak tahu, ia hanya nyengir kuda tanpa dosa.
“Balik yuk,”
katanya enteng. Aku yang mendengarnya langsung bengong tak percaya.
“Apa? balik?!”
tanyaku sedikit marah dan ia mengangguk. “Hhah dasar manusia gara-gara, seneng
banget bikin orang susah.”
“Emang lu mau
nginep disini? “ katanya dengan nada bercanda.
“Garaaa..!! lu
ajak gue kesini buat apa? emang gue peliharaan lu yang siap ikut lu kemana lu
mau?” kataku dengan nada yang sedikit meninggi.
“Yaudah gue
minta maaf, sebelum balik ke Bogor, kita maen dulu deh biar tanduk lu ga makin
tinggi.” Gara sepertinya tahu emosiku dan mencoba sedikit meredamnya. Ah,
manusia yang satu ini selalu bisa membuatku melupakan kesalku padanya.
Aku tersenyum
sambil memukul lengannya. “Paling bisa lu bikin gue ga marah.”
Hari ini adalah
hari ulang tahun ku. Orang yang paling kutunggu belum juga muncul walau hanya
sekedar mengucapkan selamat ulang tahun. Sudah hampir jam dua belas malam dan
aku mulai menyerah. Mungkin dia sudah lupa, pikirku. Aku baru saja akan
mematikan laptop dan pergi tidur ketika sebuah sms masuk ke handponeku.
Akhirnya nama orang yang kutunggu muncul juga. Dengan penuh semangat kubuka sms
itu.
Eh cerewet, buka
kotak pos depan rumah lu sekarang.
“Apa sih ini orang, bukannya ngucapin ultah
malah suruh gue buka kotak posl! “ gerutuku kesal.
Mau ngapain
malem-malem buka kotak pos?! balasku.
Tapi sms balasan
tak kunjung datang, akhirnya aku dengan segenap keberanian pergi ke kotak pos
di dekat pagar rumah seorang diri. Sebuah kotak kecil berhias pita merah sudah
ada di dalamnya. Aku langsung kembali ke kamarku untuk membuka isinya. Ternyata isinya adalah sebuah CD dan karena penasaran
tingkat tinggi akhirnya langsung kuputar di laptopku.
Muncul sebuah
tulisan “ Happy Birthday Cerewet!!” dan
kemudian muncul foto-foto saat kami SMA lalu foto-foto bangunan di kota tua
yang dia ambil satu bulan lalu. Aku masih menunggu kejutan selanjutnya, dan
ternyata wajahnya muncul dalam video itu. Dengan latar yang kukira adalah kamarnya,
ia berbicara, “ Hei Rei happy birthday ya, hope you like this video.”
Kemudian ia
mengambil gitar dan jari-jarinya siap diatas senar, tapi sebelum itu ia bicara
lagi. “Oh iya Rei, rambut gue udah gue sisir rapi, baju juga rapi dan wangi
lho, “ katanya kemudian tertawa malu, akupun tertawa geli melihatnya.
Meski ku sering
mengeluh
Tentang semua tingkah lakumu
Maunya selalu mengatur aku
Tapi kau sangat perhatian
Apa pun yang aku lakukan
Kau ingatkanku jangan lupa makan
Karena kamu selalu loveable buat aku
Karena kamu selalu loveable buat aku
Karena kamu selalu loveable buat aku
Karena kamu selalu loveable buat aku..
Walau pun kamu sangat bawel
Kau kometar ini itu
Dan ku tak tahu apa maumu
Kadang bajuku kurang rapi
Kadang sepatuku kurang matching
Atau rambutku yang berantakan
Karena kamu selalu loveable buat aku
Karena kamu selalu loveable buat aku
Karena kamu selalu loveable buat aku
Tentang semua tingkah lakumu
Maunya selalu mengatur aku
Tapi kau sangat perhatian
Apa pun yang aku lakukan
Kau ingatkanku jangan lupa makan
Karena kamu selalu loveable buat aku
Karena kamu selalu loveable buat aku
Karena kamu selalu loveable buat aku
Karena kamu selalu loveable buat aku..
Walau pun kamu sangat bawel
Kau kometar ini itu
Dan ku tak tahu apa maumu
Kadang bajuku kurang rapi
Kadang sepatuku kurang matching
Atau rambutku yang berantakan
Karena kamu selalu loveable buat aku
Karena kamu selalu loveable buat aku
Karena kamu selalu loveable buat aku
Lagu itu
berakhir dan setelah itu muncul lagi foto. Kali ini foto-foto ku yang diambil secara
candid. Aku mengerti sekarang alasan ia meninggalkanku di kota tua saat itu, ia
memotretku ternyata. Thanks for this nice surprise, Manusia Gara-Gara.
###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar