Sabtu, 19 Januari 2013

Cintaku Mentok di Kamu




“Kamu harus cepat pulang dan jangan kepincut sama pramugari-pramugari yang cantik itu ya!” Terdengar suara seorang perempuan dari arah belakangku. Bukan bermaksud menguping, tapi suasana kedai kopi siang itu tidak terlalu ramai dan suara perempuan itu begitu terdengar di telingaku yang sedang menikmati segelas green tea frappucino-ku.
Kemudian kudengar si lelaki itu tertawa. “Nggak lah, sayang. Memangnya aku pernah bohong sama kamu?”
“Siapa yang tahu pilot ganteng di depanku ini lagi bohong atau enggak,” kata perempuan itu dengan nada santai.
Detik berikutnya tak ada suara. Aku sudah berniat untuk menengok untuk memastikan apa pasangan di belakangku itu sudah pergi atau belum. Oke, ku akui kalau aku mulai penasaran dan ingin tahu urusan orang, tapi rasanya obrolan mereka menarik untukku. Aku hanya tertarik dengan kata pilot yang tadi diucapkan si perempuan.
Lalu terdengar suara si lelaki. “Memang benar katamu, pramugari-pramugari itu cantik dan menarik.”
Si perempuan sepertinya menunggu kalimat berikutnya dari kekasihnya.
“Ya, seperti katamu juga, aku ini pilot ganteng yang gak sekali-dua kali diajak jalan sama pramugari itu mulai dari sekedar makan, jalan, atau nonton film,” lanjutnya bercerita dengan lancar dan si perempuan masih diam mendengarkan.
Well, kuakui perempuan ini cukup sabar menurutku. Kalau aku jadi dia, mungkin sudah sedari tadi aku meledak mendengar cerita lelaki itu.
“Kamu gak marah ‘kan?” Tanya lelaki itu.
Kudengar perempuan itu menghela nafas. “Marah? Buat apa?”
“Aku… sama pramugari… “
“Kalau boleh jujur, hati kecilku juga sedih,” ucapnya dengan nada sabar. “Tapi apa hak ku? Aku bukan istrimu kan?”
“Kamu tahu apa yang selalu membuatku ingin segera pulang jika sedang terbang kemanapun?”
Diam di belakangku. Sementara itu aku menggoreskan sesuatu di sketch book yang selalu kubawa  di tas.
“Yang aku tahu, kemanapun aku menerbangkan pesawat, aku hanya ingin kembali pulang ke kota yang kucintai ini.”
“Hanya karena cinta pada kota ini?”
“Apa masih perlu ditanyakan, apa aku juga mencintai kamu?”

Aku beranjak dari tempat dudukku dan pergi meninggalkan kedai kopi. Dari luar kedai kopi, aku bisa melihat pasangan itu terkejut ketika membuka kertas bergambar karikatur pilot dan seorang perempuan dengan background sebuah pesawat terbang yang kutitipkan pada waiter sebelum aku pergi. 

Kulangkahkan kakiku dengan kekalahan. Dia, pilot itu, tak akan bisa memberikan hatinya untukku dan aku hanya akan menjadi pramugari yang hanya bisa terbang bersamanya dalam pesawat.

5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. jangan sedih, mbak pramugari... nanti juga mbak ketemu pilot lain yang hatinya mentok di mbak. :3

    BalasHapus
  3. ini tulisan apa isi hati ya :p

    bagus tulisan ga nyangka gw desvian suci wulandari bisa buat tulisan seperti ini

    BalasHapus