“Kamu harus cepat pulang dan
jangan kepincut sama pramugari-pramugari yang cantik itu ya!” Terdengar suara
seorang perempuan dari arah belakangku. Bukan bermaksud menguping, tapi suasana
kedai kopi siang itu tidak terlalu ramai dan suara perempuan itu begitu
terdengar di telingaku yang sedang menikmati segelas green tea frappucino-ku.
Kemudian kudengar si lelaki itu
tertawa. “Nggak lah, sayang. Memangnya aku pernah bohong sama kamu?”
“Siapa yang tahu pilot ganteng di
depanku ini lagi bohong atau enggak,” kata perempuan itu dengan nada santai.
Detik berikutnya tak ada suara.
Aku sudah berniat untuk menengok untuk memastikan apa pasangan di belakangku
itu sudah pergi atau belum. Oke, ku akui kalau aku mulai penasaran dan ingin
tahu urusan orang, tapi rasanya obrolan mereka menarik untukku. Aku hanya
tertarik dengan kata pilot yang tadi diucapkan si perempuan.
Lalu terdengar suara si lelaki. “Memang
benar katamu, pramugari-pramugari itu cantik dan menarik.”
Si perempuan sepertinya menunggu
kalimat berikutnya dari kekasihnya.
“Ya, seperti katamu juga, aku ini
pilot ganteng yang gak sekali-dua kali diajak jalan sama pramugari itu mulai
dari sekedar makan, jalan, atau nonton film,” lanjutnya bercerita dengan lancar
dan si perempuan masih diam mendengarkan.
Well, kuakui perempuan ini cukup
sabar menurutku. Kalau aku jadi dia, mungkin sudah sedari tadi aku meledak mendengar
cerita lelaki itu.
“Kamu gak marah ‘kan?” Tanya lelaki
itu.
Kudengar perempuan itu menghela
nafas. “Marah? Buat apa?”
“Aku… sama pramugari… “
“Kalau boleh jujur, hati kecilku
juga sedih,” ucapnya dengan nada sabar. “Tapi apa hak ku? Aku bukan istrimu
kan?”
“Kamu tahu apa yang selalu
membuatku ingin segera pulang jika sedang terbang kemanapun?”
Diam di belakangku. Sementara itu
aku menggoreskan sesuatu di sketch book yang selalu kubawa di tas.
“Yang aku tahu, kemanapun aku
menerbangkan pesawat, aku hanya ingin kembali pulang ke kota yang kucintai ini.”
“Hanya karena cinta pada kota
ini?”
“Apa masih perlu ditanyakan, apa
aku juga mencintai kamu?”
Aku beranjak dari tempat dudukku
dan pergi meninggalkan kedai kopi. Dari luar kedai kopi, aku bisa melihat
pasangan itu terkejut ketika membuka kertas bergambar karikatur pilot dan
seorang perempuan dengan background sebuah pesawat terbang yang kutitipkan pada
waiter sebelum aku pergi.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusjangan sedih, mbak pramugari... nanti juga mbak ketemu pilot lain yang hatinya mentok di mbak. :3
BalasHapusiya mbak, mau nyari pilot yang lain aja..
Hapus:D
ini tulisan apa isi hati ya :p
BalasHapusbagus tulisan ga nyangka gw desvian suci wulandari bisa buat tulisan seperti ini
menyentuh banget mba
BalasHapus