Aku baru saja keluar restoran dengan Natha ketika kulihat
Jendra keluar dari mobilnya, bersama Diana. Entahlah, aku sudah terlalu hancur
kali ini. Kutarik tangan Natha untuk segera ke mobilnya.
“Ada apa sih, El?” Tanya Natha kebingungan sambil mengikuti
langkah cepatku.
Terlambat. Jendra melihatku dan mengejar aku dan Natha
sebelum kami berhasil menemukan mobil Natha. “Elka….” Terdengar Jendra
berteriak memanggilku.
Natha menahan langkahku. “Kenapa sih, El?” Tanya Natha
terdengar marah. Aku hanya menunduk berusaha menahan air mataku.
Jendra sudah sampai di tempat kami ketika Natha hendak
membuka suara lagi. “El,” panggil Jendra sambil meraih tanganku. “Jangan pergi,
El.”
Aku memandang Natha dengan tatapan memohon. Ia mengangguk
dan meninggalkan kami berdua.
“Kamu ini bego atau apa sih, Jen?!” teriakku. Mungkin ini
saatnya aku meledak.
“El…” Jendra menarikku ke pelukannya. Hangat. Aku selalu
berharap pelukannya bisa menjadi rumah untuk hatiku kelak, namun kini?
“Biarkan aku saja yang pergi kalau memang Diana itu
pilihanmu,” kataku terisak dalam pelukannya.
Jendra makin mendekapku erat. “Aku nggak mau kamu pergi, El,”
ucapnya ketakutan.
“Lepasin aku, Jen. Mungkin akan lebih baik kalau kita akhiri
semua ini, biarin aku pergi. ”
“Please El, jangan pergi kemanapun, tinggallah di hatiku.”
“Hati kamu bukan lagi jadi rumahku, Jen.”
**
“Dia itu ‘calon suamimu’?” tanyaku
begitu ia masuk mobilku dengan wajah basah oleh air mata. Elka hanya diam, ia
tak berniat menjawab pertanyaanku.
“El,” panggilku pelan.
Ia mendongak dan melihatku
sebentar. “Aku hanya ingin pergi.”
Aku mengangguk mengerti. Kunyalakan
mesin mobil dan membawanya pergi kemanapun ia mau.
“Kemanapun, asal jangan pergi ke hati lelaki itu lagi. Jangan kemana-mana El, di hatiku saja….di hatiku...”
**
weheartit.com |
waduh, jadi cinta segi empat yaa... *nunggu lanjutannya*
BalasHapus