weheartit.com |
“Dunia memang sempit ya, El” ujar
Natha, teman kuliahku yang baru pindah tugas ke rumah sakit yang sama denganku.
Malam ini ia mengajakku makan malam di restoran yang tak jauh dari rumah sakit
untuk merayakan pertemuan kami kembali.
“Iya, udah hampir lima tahun kita
nggak ketemu sejak wisuda itu, eh malah ketemu lagi di rumah sakit,” kataku.
“Mungkin kita berjodoh, El.”
Aku terkekeh. Natha masih saja
belum berubah rupanya. Ia selalu suka mengatakan kalimat itu dulu.
“Itu sih maumu!”
Natha tertawa. “Memangnya kamu
nggak mau?” tanyanya dengan pandangan isengnya yang khas.
Aku menahan tawa mendengar
pertanyannya. “Aku? Siapa yang mau berjodoh dengan playboy kampus sepertimu?!”
balasku.
“Hey, look at me,” ucapnya sambil
menarik tanganku agar aku melihatnya. Mata coklatnya, mengingatkanku pada
Jendra. Ahh, aku jadi teringat video kirimannya tempo hari. Seriuskah ia?
“El….!” Aku melihat Natha
mengerak-gerakkan tanganya di depan wajahku. “Masih sadar ‘kan, El?”
Aku jadi salah tingkah. Natha
tertawa melihatku yang menunduk malu. “Jangan bilang kamu mulai terpikat dengan
wajah dokter ganteng ini.”
Kulempar tisu ke arahnya. “Idih
males banget terpikat sama kamu!”
Natha mendecakkan lidah lalu
berkata dengan gaya sok serius, “Kita ini berjodoh, El. Jadi aku tahu kamu
sudah mulai terpikat denganku.”
“Hei, aku ini calon istri orang!”
balasku sebelum ia melantur lagi.
“Oh, jadi aku datang terlambat?”
tanyanya terkejut. “Siapa lelaki yang berani medahuluiku itu, El?”tanyanya lagi
dengan ekspresi sok seriusnya seperti biasa.
“Ra-ha-si-a…” jawabku.
“Aaahhh, kau membuatku penasaran,
El.” Katanya kesal. “Setidaknya kau harus mengajakku bertemu dengan sainganku
itu.”
“Dia orang sibuk!” Aku tersenyum
puas karena Natha mulai penasaran. “Yang pasti ia lebih baik darimu,” tukasku.
Benarkah yang kukatakan barusan?
Benarkah aku ini calon istri Jendra?
Benarkah Jendra jodohku?
Lalu Diana?
Ahh, mengapa wanita itu harus muncul?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar