Sabtu, 21 Januari 2012

senyum untukmu yang lucu_FF10

Kamu memandangi boneka beruang coklat yang terpajang di etalase toko yang ada di depanmu.  Menyentuh kaca etalase berharap jari-jarimu bisa menyentuh boneka beruang di dalamnya. Menatapnya penuh harap untuk dapat menukarnya dengan sejumlah uang dan segera membawanya pulang. Kamu terlihat ragu untuk masuk ke dalam toko. Aku memperhatikanmu cukup lama. Entah mengapa aku lebih tertarik untuk mengamati gerak-gerikmu. Sesekali kamu terlihat berani untuk masuk ke dalam, lalu akhirnya membatalkan dengan wajah ragu.  
Kamu menyingkir dari toko itu dan berjalan meninggalkan boneka beruang cantik yang kamu ingini. Aku masih mengikutimu, menjaga jarak darimu. Lalu kamu duduk di tangga dekat pintu masuk pusat perbelanjaan ini. Tanganmu merogoh kantung celanamu lalu mengeluarkan lembaran-lembaran uang. Memandanginya sedih.
Lalu datang seorang gadis yang usianya lebih muda darimu. Cantik. Buru-buru kamu memasukkan uangmu ke saku celanamu lagi ketika perempuan itu datang. Dia terlihat manja padamu dan mengajakmu pergi dari tempat ini. Aku tersenyum kecil melihatmu dan perempuan itu. Lucu, kalian lucu dan manis. Aku suka kalian.

Esok harinya kamu kembali ke toko boneka yang sama. Aku melihat kekecewaan di wajahmu ketika mendapati tempat boneka yang kau ingini telah digantikan oleh boneka yang lain. Kamu terlihat sedih dan seperti ingin menangis. Lalu kaki kecilmu melangkah keluar. Tapi kamu tetap tersenyum ketika gadis yang sama menarikmu pergi.
Aku kemudian pergi ke tempat biasa kita bertemu. Sekolah untuk anak yang kurang mampu. Sudah setahun ini aku bergabung dengan sekolah ini. Kebanyakan dari mereka yang ikut sekolah ini adalah anak-anak jalanan yang kurang mampu dari segi financial untuk sekolah. Aku beruntung bisa bertemu mereka. Selalu ada tawa dari tingkah lucu mereka dan aku bangga pada mereka yang masih punya semangat untuk maju dan ingin belajar.
Aku melihatmu duduk di sudut ruangan dengan wajah tertunduk lesu. Aku tahu kamu sedih karena boneka itu telah jadi milik orang lain. Seusai pelajaran selesai, aku yang mendekatimu.
“Hai Den,  ga semangat sekali pelajaran kakak hari ini,” kataku. “Pelajarannya membosankan ya?” tanyaku. Kamu melihatku sebentar dengan senyum yang aku tahu sengaja kamu paksa untukku sambil menggelengkan kepalamu.
Kamu hanya diam tanpa melihatku. Aku makin tak tega melihatmu yang biasanya selalu ada dengan senyum dan tawanya yang lucu. “Ini hadiah buat Denni,” kataku akhirnya sambil menyodorkan boneka beruang coklat kecil yang diinginkannya.
Wajahnya berbinar saat melihat boneka impiannya ada di depan mata. “Ini buat Denni?” tanyanya tak percaya. Aku mengangguk. “Iya ini buat kamu, senyum untukmu yang lucu.”
Denni memlukku dan mengucapkan terima kasih berkali-kali. Lalu dia pamit untuk dapat segera memberikan boneka itu pada adik perempuannya yang bisu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar