Dear my satellite.
Aku masih saja menghitung waktu. Sesekali. Ketika rindu.
Hari ini, di hari ke tujuh puluh delapan sejak seseorang membawamu dariku. Terkadang rasa sesal menggelayut dalam hati, membuatku berandai-andai kembali ke masa itu. Andai aku menjagamu dengan lebih baik lagi, andai aku tak terpejam di sampingmu malam itu, atau mungkin andai aku terus terjaga bersamamu dan tak membiarkan sedikitpun celah baginya untuk merebutmu dariku. Hanya saja itu semua tak mungkin karena waktu memang tak pernah bisa kembali. Tak akan pernah.
Aku menitipkan begitu banyak hal padamu. Nyaris semuanya kusimpan rapi dalam tiap foldermu, mengelompokkannya dalam lpip beberapa bagian agar kelak memudahkanku mencarinya. Lalu kita punya kebiasaan bersama menjelang weekend, mengunduh film-film untuk kutonton saat libur. Ah, aku rindu kamu, satelitku. Seharusnya kita sudah menyelesaikan bab 2 makalah seminar atau memulai beberapa bab awal calon novelku.
Sudahlah, aku hanya mengungkapkan rinduku saja karena aku tau kamu tak mungkin kembali, laptopku. Semoga kamu dirawat baik oleh si pencuri dan ia dibukakan pintu hatinya agar tak mencuri lagi. Amiin.
Kota Hujan, 03022014
Salam rindu,
Desvian Wulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar