Minggu, 02 Februari 2014

Mr. Chococip


Teruntuk kamu, yang dulu membuatnya jatuh cinta.

Hari ini adalah hari kedua, bulan kedua, tahun keempat sejak pertemuan pertama. Surat ini kutujukan untukmu, yang namanya dulu pernah masuk dalam kisah seorang gadis yang pemalu.
Tahun keempat. Ia yang ingatannya terkadang payah pun  masih mampu mengingat deretan waktu yang mungkin tak pernah kau ingat. Sebaris senyum yang kamu beri pada gadis kecil empat tahun lalu, bayangnya masih saja tergambar dalam tiap gores aksaranya. Ia tak ingin membiarkanmu lenyap seiring waktu yang terus saja berlalu tak mau tahu. Seperti kamu yang mungkin saja tak pernah mengingat siapa namanya.
Dulu, ia hanya gadis kecil yang malu-malu tiap sepasang matanya menangkap dirimu, entah matamu atau hanya sekedar senyummu. Ah, aku lupa tentang senyummu. Katanya, senyummu itu manis dan mampu melelehkan hatinya hingga ia menyebutmu dengan julukan Mr.Chocochip (hanya beberapa orang saja yang tahu julukan itu, tidak termasuk kamu). Bertemu denganmu -yang gagah dalam seragam lorengnya- membuat dunianya menjadi merah jambu, penuh bunga dan balon warna-warni (katanya!). Tahukah kamu, belum pernah ada yang membuatnya itu selain kamu. Jadi baginya, kamu adalah lelaki pertama yang membuatnya jatuh cinta sehebat itu bahkan belum ada yang membuatnya seperti itu lagi hingga surat ini dibuat.


Teruntuk kamu, Mr. Chococip yang kini telah berbahagia.

Impiannya untuk duduk di sampingmu, setia menunggu kepulanganmu, dan menemani tiap langkah perjuanganmu mungkin sudah sirna. Tak lagi ada celah untuk harapan itu. Sedikitpun.
Selembar surat yang tercetak namamu sampai di rumahnya beberapa bulan lalu. Undangan pernikahanmu dengan perempuan yang akan selalu menemani perjuanganmu. Perempuan hebat. Tentu saja. Karena aku tahu, menjadi pendamping abdi negara memang tak mudah. dan aku yakin perempuan yang kau pilih adalah wanita yang kuat.
Menunggu hampir dua tahun, menolak lelaki lain, hingga mengabadikanmu dalam tulisannya, menunjukkan betapa kamu begitu berarti untuknya. Gadis kecil itu patah hati -tentu saja- namun aku tahu ia juga dewasa, menyiapkan diri jika kabar itu sampai kepadanya. Kini ia adalah gadis yang dewasa. Ia tahu jika bukan kamu yang namanya dituliskan Allah untuknya. Ia belajar untuk beranjak dari bagian yang penuh kamu, melangkahkan kakinya dengan lembaran baru, menggores pena yang tak lagi tentang kamu. Ia belajar. Perlahan.


Teruntuk kamu, Mr.Chocochip, yang senyumnya (dulu) melelehkan hatinya.

Kusampaikan salam dari gadis kecil pemalu empat tahun lalu. Semoga Allah senantiasa menguatkan langkahmu dalam menjaga negara, menjaga perempuanmu.

Semoga selalu berbahagia, Mr. Chocochip.




Kota hujan, 02022014


Aku dan gadis kecil empat tahun lalu.





-disertakan dalam #30HariMenulisSuratCinta
#Hari ke-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar