Minggu, 01 Februari 2015

Hai, Tuan Jupiter (3)


Kelak aku akan lebih sering mengunjunginya. Menunggumu kembali. Atau mengantarmu pergi.

Gerimis turun ketika kita melewati Jalan Nyi Raja Permas. Tanpa bicara, kau raih tanganku dan berjalan lebih cepat. Langkahku pun  mau tak mau mengikutimu. Kau menggenggamnya erat. Bahkan terlalu erat hingga terasa nyeri. Kau hanya ingin melindungiku. Aku tahu itu.

Aku mengelus sejenak di mana kau menggenggamku. Tak kuungkapkan padamu rasanya. Namun kau tahu apa yang kusembunyikan.

Maaf, katamu ketika kita berjalan di koridor menuju pintu masuk stasiun. Aku bertanya, permintaan maaf untuk apa. Lalu kau menjawab karena kau tak bisa romantis. Romantis seperti lelaki dalam kisah-kisah yang kutulis. Mendengar alasanmu itu membuatku tertawa. Ya, aku ingat bahwa kau pernah membaca beberapa.

Duniamu memang membuatmu menjadi sosok yang seperti itu. Sosok yang tak romantis katamu. Tak pandai membahasakan perasaan dengan kata-kata indah. Biar kukatakan padamu tentang sesuatu; kau memang benar tentang itu, tapi setiap manusia memiliki caranya masing-masing untuk membahasakannya. Dan kau –bagiku—romantis dengan caramu sendiri.

Kau mengelus pelan puncak kepalaku. Terima kasih, ucapmu sebelum berbalik pergi.




Semoga kita cepat berjumpa. Aku menunggu. 




Kota Hujan, 01-02-2015









Diikutkan dalam event #30HariMenulisSuratCinta

2 komentar:

  1. Hello...

    First time come here...
    Sory to say, rasanya background blog kamu perlu di ganti deh.. agak gak nyaman bacanya.. Terimakasih.. :)

    BalasHapus