Kelak aku akan lebih sering mengunjunginya. Menunggumu
kembali. Atau mengantarmu pergi.
Gerimis turun ketika kita melewati Jalan Nyi Raja Permas. Tanpa
bicara, kau raih tanganku dan berjalan lebih cepat. Langkahku pun mau tak mau mengikutimu. Kau menggenggamnya erat.
Bahkan terlalu erat hingga terasa nyeri. Kau hanya ingin melindungiku. Aku tahu
itu.
Aku mengelus sejenak di mana kau menggenggamku. Tak
kuungkapkan padamu rasanya. Namun kau tahu apa yang kusembunyikan.
Maaf, katamu ketika kita berjalan di koridor menuju pintu
masuk stasiun. Aku bertanya, permintaan maaf untuk apa. Lalu kau menjawab
karena kau tak bisa romantis. Romantis seperti lelaki dalam kisah-kisah yang
kutulis. Mendengar alasanmu itu membuatku tertawa. Ya, aku ingat bahwa kau
pernah membaca beberapa.
Duniamu memang membuatmu menjadi sosok yang seperti itu.
Sosok yang tak romantis katamu. Tak pandai membahasakan perasaan dengan kata-kata
indah. Biar kukatakan padamu tentang sesuatu; kau memang benar tentang itu,
tapi setiap manusia memiliki caranya masing-masing untuk membahasakannya. Dan
kau –bagiku—romantis dengan caramu sendiri.
Kau mengelus pelan puncak kepalaku. Terima kasih, ucapmu
sebelum berbalik pergi.
Semoga kita cepat berjumpa. Aku menunggu.
Kota Hujan, 01-02-2015
Diikutkan dalam event #30HariMenulisSuratCinta
Hello...
BalasHapusFirst time come here...
Sory to say, rasanya background blog kamu perlu di ganti deh.. agak gak nyaman bacanya.. Terimakasih.. :)
Trims sarannya ya. :)
BalasHapus