Dear Frogman,
di tempat bahagiamu.
Seperti malam yang lalu, hujan turun lagi kali ini.
Secangkir kopi, beberapa lagu, dan berlembar-lembar yang kuberi judul “Dear
Frogman (Draft)”. Rasanya sudah cukup lama sejak kutinggalkan dalam folder
dengan nama yang sama. Tiap kali aku membukanya dengan segenap keyakinan bahwa
aku bisa melanjutkannya, adegan-adegan di waktu yang telah lalu pun menyeruak.
Seakan-akan mereka berlomba untuk mendapatkan tempat yang harus kuingat dengan
sangat baik. Lalu mereka – kenangan-- mengalahkan keyakinanku bahwa aku bisa menyambung
bagian yang satu dengan lainnya dengan cepat. Kau boleh tertawa, karena
nyatanya aku memang kalah cepat dengan
mereka. Masih saja begitu.
Diserbu kenangan itu menyebalkan, Frogman. Kau tahu, itu
membuatku mendadak rindu. Ya, aku merindukan masa-masa ketika sepotong lagu Ariana
Grande berdering di ponselku. Nama Pak Pos yang muncul di sana, bukan namamu -ah,
aku lupa bahwa memang tak pernah ada namamu di daftar kontakku. Meski bukan
namamu yang muncul, kau pasti ada di seberang sana. Kau mendengarkan dengan diiringi
senyum, terkadang tawa tertahan, bahkan mungkin keningmu mengerut mendengar
ocehanku. Apakah aku salah? Ah, harusnya kau memberiku satu kenangan lain
ketika itu; mendengarmu menyahuti ocehanku. Atau hanya sekadar sapa pun tak
apa. Pada akhirnya, hingga kau pergi pun aku tak mendapatkan keduanya. Kau menyebalkan bukan?
Oh, kau tidak menyebalkan, tapi sangat menyebalkan.
Oh, kau tidak menyebalkan, tapi sangat menyebalkan.
Menjelang 80 hari, kudoakan selalu kebahagiaan untukmu. Kau tahu, Frogman, pada beberapa waktu aku masih saja merasa bahwa
kau masih ada, masih bisa kulihat. Aku sungguh mengerti bahwa aku tak boleh
seperti ini. Kau tentu tak ingin aku seperti ini. Kau tak perlu khawatir,
Frogman, aku sudah jauh lebih pandai mengaturnya kini. Hanya sesekali saja tak apa
bukan?
Kurasa aku harus kembali bekerja, Frogman. Kembali pada
pekerjaan menyebalkan; mengorek kenangan, menemukan potongan-potongan yang luput, lalu menyatukannya
menjadi satu. Aku tahu bahwa aku sudah melewati hari ketujuh, pun keempat puluh.
Betapa jahatnya aku jika sampai melewati hari keseratus.
Berbahagialah selalu di sana, Frogman.
Berbahagialah selalu di sana, Frogman.
Menjelang 80 hari pada lembar keempat puluh
Kota Hujan, 08-02-2014
Kota Hujan, 08-02-2014
Diikutkan dalam event #30HariMenulisSuratCinta
Baru mampir udah suka sama tulisannya :)
BalasHapuswww.fikrimaulanaa.com