Teruntuk kau,
di tempat bahagiamu.
Aku datang lagi. Kubawakan sekotak cerita untuk kau nikmati
di penghujung harimu. Tentang aku. Kau masih belum bosan bila kukisahkan
tentangku bukan? Pasti jawabanmu adalah tidak. Bila jawabanmu sebaliknya, aku akan
tetap mengisahkannya padamu. Ya, aku memaksa.
Studio tiga, kursi nomor F-16. Kau tahu, aku bahkan baru
menyadari nomor kursi itu sama dengan nama pesawat yang selalu kusebut pesawat gagah.
Fighting Falcon F-16. Dan aku
mendapatkannya karena bertukar tiket dengan seorang bapak yang anaknya duduk di
sebelahku. Namanya Keisha, gadis manis yang sangat dekat dengan ayahnya. Aku
sangat tahu rasanya dekat dengan ayah. Dan aku juga tak akan bisa menikmati
filmku jika harus duduk bersama orang asing. Karena itulah, aku menawarkan diri
untuk bertukar kursi. Jika kau bertanya apa aku mengenal mereka, aku menjawab
bahwa aku belum mengenal mereka sebelumnya. Dia tidak mendapat tiket
pertunjukan, dan kami – teman-teman komunitas – mengajaknya ikut rombongan
karena ada tiket lebih.
Ini semua karena CJR.
Ya, kau boleh menertawaiku sekarang. Aku benar-benar
meninggalkan tumpukan buku dan tugas menulis mingguan karenanya. Untuk
mewujudkan keinginan seorang ayah yang ingin mengajak anak-anaknya pergi ke
gedung bioskop. Bukan ayah Keisha yang kuceritakan di sini ya. Aku dan teman-teman
di satu komunitas yang kuikuti mengadakan acara nonton bareng dengan anak-anak panti asuhan. Tentu saja film harus
kami sesuaikan dengan usia mereka. Jatuhlah pilihan kami pada film tentang trio
remaja yang begitu dicintai penggemarnya.
Kau tahu betul bahwa aku akan memilih Kingsman dengan kisah secret service-nya atau Jupiter
Ascending yang menghadirkan Channing Tatum. Jenis film yang menghadirkan
teka-teki atau aksi yang membuatku begitu bersemangat. Menangkap petunjuk,
menganalisis, merangkainya menjadi sebuah jawaban itu menyenangkan. Itulah
mengapa koleksi film dan novelku banyak yang bertema seperti itu. Kurasa
kau juga sudah pernah menengoknya beberapa.
Kenyataannya, aku benar-benar duduk di studio tiga kursi
F-16. Menonton film itu. Dan aku bingung sendiri, tentang bagaimana mereka bisa
mencintai idolanya dengan sangat. Di awal-awal film disuguhi tangis-tangis
penggemar yang tak ingin salah satu idolanya keluar dari grup. Kau tentu tahu,
aku tidak fanatik pada suatu hal – entah itu penyanyi, penulis, aktor, aktris,
atau karya-karyanya. Ah ya, aku melupakan satu – atau lebih dari satu – hal yang kucintai dengan sangat. Apa? Kau ingin
tahu? Sayangnya aku tak mau menjelaskannya di sini. Hei, aku tahu kau akan
mengerucutkan bibir jika kujawab seperti itu. Dan kau akan berlagak ingin
berhenti membaca suratku ini. Namun kau tak sungguh-sungguh dengan itu. Aku
berani bertaruh.
Lupakan tentang hal yang belum kau dapatkan jawabannya.
Terkadang lebih baik membiarkannya mengambang tanpa jawaban. Menjadikannya teka-teki
yang harus kau pecahkan. Setidaknya kau akan lebih berusaha. Pun belajar untuk
lebih peka. Kau tahu, seseorang pernah mengatakan bahwa tidak semua hal harus
kauketahui. Namun manusia diciptakan dengan rasa ingin tahu. Dan kau – pun sama
halnya denganku – harus belajar menjadi manusia yang lebih peka untuk mengetahui
sebuah jawaban dari pertanyaan yang memenuhi isi kepala. Sesungguhnya, petunjuk-petunjuk
bertebaran di sekitar kita.
Selamat malam dan selamat menangkap petunjuk.
Semoga kita menjadi lebih peka.
Kota Hujan, 19-02-2015