Minggu, 08 April 2012

Pesan Rindu (dear chocolate)


Dear chocolate..

Tidakkah kamu terusik ketika reranting seringkali berusaha memanggilmu? Mereka mulai rapuh, mungkin karena menahan pesan rindu yang kutitipkan terlalu banyak, dan tak satupun kau sentuh.
Tidakkah kamu tersentuh ketika angin mencoba membelai tiap titik epidermismu? Mereka yang gigih mencoba, tak hanya sekali mencoba menyentuhmu dengan pesan rindu, dan tak satupun kau rasa.
Tidakkah kamu bertemu senja yang seringakali menahan pekat yang datang lebih awal? Mereka melukiskan pesan rindu lewat semburat jingga untuk kau nikmati, dan tak satupun kau lihat.

Aku masih punya beberapa roll film tentang kita. Tak sedikit waktu pula aku terhanyut dalam tiap scene tentang kita. Kita bisa saja menghabiskan secangkir rindu di pelupuk senja. Menyesapnya perlahan sampai pekatnya malam menggulung senja.
Kita? pantaskah aku memakai kata itu? Mungkin aku dan kamu saja, bukan ‘kita’, karena aku dan kamu memang tak pernah atau bahkan tak akan menjadi ‘kita’.

chocolate,,
Aku mulai belajar untuk berjalan dan berpijak dengan sesuatu yang bukan kamu. Mungkin aku tak bisa lupa, tapi aku belajar menolak ingat dan membiasakan untuk itu. Tentang kamu yang dulu begitu membelenggu hingga menyeretku dalam kekosongan tak berarti. Ahh kamu pasti tak tau rasanya kan? merasa kosong dan tak terpasung rindu itu tak pernah terasa nyaman sedikitpun!

Aku memilih untuk pergi dan takkan ada aku lagi. Lalu kemana sisa rinduku yang belum kutitipkan pada mereka –ranting,angin,senja- untukmu? Stok rinduku habis. Bukan karena kau yang menepis, hanya saja aku tak ingin lagi menangis.


salam rindu,
Desember
Bgr, 270312

Tidak ada komentar:

Posting Komentar