Untukmu,
lelaki pemilik senyum dua tahun lalu…
Waktu terus berlalu
begitu kejam hingga aku tak menyadari bahwa angka terakhir dalam barisan yang
disebut tahun itu sudah berubah menjadi angka tiga dan tidak lagi satu. Mereka terus
berlalu hingga akhirnya sampai di hari ini aku mengingat lagi. Bukan sengaja
mengingatmu tetapi mereka, kumpulan memori dua tahun lalu, mengetuk-ngetuk
pintu hatiku yang masih saja sepi dibalik rimbunnya rindu yang belum layu. Tentang
kamu yang semuanya berputar di angka dua. Tentang kamu yang kini berada terlalu
jauh hingga membuatku harus berhenti diantara jarak kita yang tak lebih dari
puluhan kilometer.
Bagaimanakah dirimu
kini, lelaki yang dulu kupanggil mas sersan? Adakah senyummu yang selalu membuat
hatiku meleleh masih sama manisnya seperti dulu? Ahh, dunia serasa memerah
jambu ketika itu hingga hatiku menjelma bak taman bunga berkawan erat dengan rindu.
Tapi itu semua tentu saja hanya kumpulan adegan berjudul ‘dulu’ dan ‘kini’
punya cerita yang merupa pilu.
Aku masih sama seperti
gadis yang malu-malu dua tahun lalu, tak berani mengungkap kata padamu. Untuk
itu aku memilih untuk menitipkan semuanya pada selembar surat yang mungkin saja
tak akan sampai di tanganmu. Bukan aku tak tahu hendak kukirim kemana surat ini,
hanya saja aku ingin surat ini menjadi sedikit peredam sesaknya hatiku yang tiada
sesiapapun yang tahu.
Andai kamu tahu betapa
pandainya aku menyimpan rindu diantara angka yang terus menjejak di hariku.
Betapa kamu yang selalu terlintas di kepalaku ketika jemariku mulai menari di
atas tuts aksara. Betapa kamu yang menjadi tokoh utama dalam rangkaian kalimatku.
Betapa kamu membuatku kembali menemukan cita-cita masa kecilku.
Lelah. Bohong bila aku bilang
tak pernah lelah menyimpan semua memori, harapan, mimpi, dan banyak rindu
untukmu.
Sakit. Tentu saja sakit
ketika akhirnya kamu datang dengan seseorang yang kau pilih untuk menjadi
separuh hidupmu.
Untukmu yang senyumnnya
pernah melelehkanku…
Terima kasih sudah
pernah hadir dalam hidupku yang begitu datar dan menjadikannya bergelombang dan
penuh warna.
Terima kasih sudah
membuatku merasakan indahnya dunia merah jambu dan tentu saja terima kasih
sudah mengajarkanku kekuatan ketika kenyataan datang terlalu kejam menghujam.
Aku tak tahu harus
membalas semua yang pernah kau hadirkan dalam hidupku dengan apa. Deretan angka
yang kini terasa begitu besar antara kita sudah membuatku begitu pandai menekan
rasa. Mungkin aku hanya bisa menyelipkanmu dalam doa seperti biasa, hanya saja doa
yang tentu saja berbeda.
Semoga kamu berbahagia
dengannya yang sudah kamu pilih untuk menjadi seseorang yang akan selalu
bersamamu dalam tiap langkah perjuanganmu, wanita yang akan mengenakan seragam
hijau muda dan bersanding denganmu yang begitu gagah dalam balutan seragam
hijau tentara nasional negara tercinta.
Kota Hujan, satu hari
di bulan kedua
Dariku, si gadis kecil
dua tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar