Rabu, 13 Februari 2013

Surat yang (mungkin) tak akan sampai


Untukmu, lelaki pemilik senyum dua tahun lalu…

Waktu terus berlalu begitu kejam hingga aku tak menyadari bahwa angka terakhir dalam barisan yang disebut tahun itu sudah berubah menjadi angka tiga dan tidak lagi satu. Mereka terus berlalu hingga akhirnya sampai di hari ini aku mengingat lagi. Bukan sengaja mengingatmu tetapi mereka, kumpulan memori dua tahun lalu, mengetuk-ngetuk pintu hatiku yang masih saja sepi dibalik rimbunnya rindu yang belum layu. Tentang kamu yang semuanya berputar di angka dua. Tentang kamu yang kini berada terlalu jauh hingga membuatku harus berhenti diantara jarak kita yang tak lebih dari puluhan kilometer.

Bagaimanakah dirimu kini, lelaki yang dulu kupanggil mas sersan? Adakah senyummu yang selalu membuat hatiku meleleh masih sama manisnya seperti dulu? Ahh, dunia serasa memerah jambu ketika itu hingga hatiku menjelma bak taman bunga berkawan erat dengan rindu. Tapi itu semua tentu saja hanya kumpulan adegan berjudul ‘dulu’ dan ‘kini’ punya cerita yang merupa pilu.

Aku masih sama seperti gadis yang malu-malu dua tahun lalu, tak berani mengungkap kata padamu. Untuk itu aku memilih untuk menitipkan semuanya pada selembar surat yang mungkin saja tak akan sampai di tanganmu. Bukan aku tak tahu hendak kukirim kemana surat ini, hanya saja aku ingin surat ini menjadi sedikit peredam sesaknya hatiku yang tiada sesiapapun yang tahu.

Andai kamu tahu betapa pandainya aku menyimpan rindu diantara angka yang terus menjejak di hariku. Betapa kamu yang selalu terlintas di kepalaku ketika jemariku mulai menari di atas tuts aksara. Betapa kamu yang menjadi tokoh utama dalam rangkaian kalimatku. Betapa kamu membuatku kembali menemukan cita-cita masa kecilku.

Lelah. Bohong bila aku bilang tak pernah lelah menyimpan semua memori, harapan, mimpi, dan banyak rindu untukmu.
Sakit. Tentu saja sakit ketika akhirnya kamu datang dengan seseorang yang kau pilih untuk menjadi separuh hidupmu.

Untukmu yang senyumnnya pernah melelehkanku…

Terima kasih sudah pernah hadir dalam hidupku yang begitu datar dan menjadikannya bergelombang dan penuh warna.
Terima kasih sudah membuatku merasakan indahnya dunia merah jambu dan tentu saja terima kasih sudah mengajarkanku kekuatan ketika kenyataan datang terlalu kejam menghujam.

Aku tak tahu harus membalas semua yang pernah kau hadirkan dalam hidupku dengan apa. Deretan angka yang kini terasa begitu besar antara kita sudah membuatku begitu pandai menekan rasa. Mungkin aku hanya bisa menyelipkanmu dalam doa seperti biasa, hanya saja doa yang tentu saja berbeda.

Semoga kamu berbahagia dengannya yang sudah kamu pilih untuk menjadi seseorang yang akan selalu bersamamu dalam tiap langkah perjuanganmu, wanita yang akan mengenakan seragam hijau muda dan bersanding denganmu yang begitu gagah dalam balutan seragam hijau tentara nasional negara tercinta.



Kota Hujan, satu hari di bulan kedua

Dariku, si gadis kecil dua tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar