Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
(Katon Bagaskara-Yogyakarta)
Yogyakarta. Kota yang terletak di sebelah tanah kelahiran
gue, Klaten. Kota masih selalu buat gue jatuh cinta sejak kecil. Entah kenapa
gue juga gak tau, kota itu punya sesuatu yang beda di hati gue dari sekian
banyak kota-kota keren dan indah di nusantara yang ini. Pokoknya Yogya itu semacam punya sihir
buat gue tiap denger ataupun baca namanya.
Yogyakarta. Kota dimana gue berharap akan menjadi tempat gue
untuk pulang. Kota dimana gue bercita-cita untuk bisa membangun rumah senja
disana kelak. Semoga kelak suami gue kelak adalah seorang Yogyakarta, atau
paling nggak punya cita-cita yang sama dengan gue untuk menikmati masa senja
kita di kota indah itu.
Mungkin ini akan terdengar berlebihan, tapi tadi siang air mata
gue emang beneran keluar ketika baca tentang tempat-tempat wisata yang
subhanallah keren dan cantiknya di kota itu. Menangis, seperti orang yang jatuh
cinta diam-diam pada seseorang dan tak mampu menyentuhnya. Seperti orang yang
terlalu sesak untuk menimbun rindu, rindu untuk pulang.
Ketika kecil, hampir setiap tahun gue dan keluarga mudik ke
Klaten dan Salatiga. Setiap mudik itu selalu melewati kota Yogya, dan gue inget
banget suatu waktu ortu gue nunjukin Candi Prambanan ketika bus malam yang kami
naiki melewatinya. Sejak itu gue yang suka penasaran mulai tertarik dengan
candi Prambanan, dan candi itu yang lebih gue inget ketimbang Borobudur. Tapi
ketika masa-masa ingusan itu gue belum sekalipun menginjakkan kaki kecil gue di
kota itu karena liburan gue lebih berkutat di kota Klaten dan Salatiga aja,
kampung halaman ortu.
Gue juga inget pernah nulis cerita (mungkin novel) yang
ngabisin buku setebal 58 lembar dengan latar kota Yogyakarta. Lalu cerita
pendek yang gue inget judulnya adalah, Yogya I’m in love yang sekarang entah
dimana tulisan-tulisan itu.
Keinginan besar untuk bisa menginjakkan kaki di Yogyakarta
selama bertahun-tahun akhirnya baru terwujud beberapa tahun lalu ketika diajak
kerabat. Meskipun tidak terlalu puas, tapi setidaknya rindu gue terbalas ketika
kaki gue benar-benar menyusuri Malioboro yang terkenal itu dan pasar
Beringharjo di seberangnya. Kagum. Betapa kerennya kota ini, kata gue dalam
hati ketika menyusuri jalanan Yogyakarta yang lengang dan lebar itu. Membuat
gue berkata pada diri gue kalau gue harus balik lagi ke kota ini nanti. Beberapa
tahun berikutnya gue pun memang benar-benar kembali kesana, dan makin jatuh
cinta.
Tahun kemarin gue udah berencana bakal menjelajah kota ini
ketika liburan lebaran, namun ternyata gue gak beruntung karena keluarga gak
jadi mudik. Gue bukan gak berani untuk liburan sendiri, tapi gue merasa kalau
lebaran tanpa keluarga sendiri itu sangat
aneh. Selain itu libur kerja gue juga singkat. Maka dari itu, gue berharap
banget semoga tahun ini bisa mudik semua dan gue bisa pergi ke kota tetangga
tanah kelahiran gue itu. Banyak banget mimpi-mimpi yang berusaha gue
terjemahkan dalam rencana-rencana yang semoga bisa gue buat jadi nyata.
Mengunjungi pantai-pantai yang ternyata masih belum banyak
terjamah turis, Pantai Ngandong, Drini, Pok Tunggal, Sundak, Parangtritis, cave tubing di Goa Pindul, menikmati
malam di Bukit Bintang, dinner di angkringan, dan mimpi-mimpi lainnya (Inginnya
sih dengan seseorang yang special yaaahhh, biar lebih kerasa romantismenya
gitu.. halaaahhh…!!).
Sebenernya sih masih banyak banget yang mau diungkapkan,
tapi terlalu sulit menerjemahkannya dalam aksara (jiaahhh) :D Semoga nanti akan
ada postingan tentang liburan gue di kota itu (amiin). Tunggu tanggal mainnya!!
Pastinya gue gak mau berhenti berharap, gak mau berhenti
bermimpi. Gue mau kembali kesana. Gue mau pulang kesana.
Yogyakarta, I wanna go
home…
I want to go home,
Let me go home,
It’ll all be alright,
I’ll be home tonight,
I’m coming back home.
Let me go home,
It’ll all be alright,
I’ll be home tonight,
I’m coming back home.
(Westlife-home)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar