Minggu, 11 Maret 2012

Takkan Ada Aku Lagi


 “Kamu yakin cuma minta itu?” tanyamu dengan nada tak percaya.
Aku mengangguk. “Aku hanya minta kamu untuk meninggalkannya. Kamu tahu betul aku tak pernah menyukainya.”
Aku bisa melihat kamu  tampak ragu untuk menyetuj permintaanku. Kamu menunduk dan diam cukup lama.
“Pras, ini bukan hal yang mustahil kan? Aku tahu kamu bisa meninggalkannya.”
Kamu masih diam.
“Pras, please look at me now,” kataku sambil memegang pundaknya. Ia menurut.
“Aku tahu sulit rasanya meninggalkannya yang sudah terlalu lama menemani hidupmu,” kataku lembut.
“Apa kamu gak bisa menerima aku yang tak bisa jauh darinya?”
“Kamu tentu sudah tahu jawabanku. Aku bisa menerimamu, tapi tidak dengannya.”
Kamu menunduk dengan tangan menopang kening. “Apakah kamu tak bisa belajar menerimanya?”
Aku menghela nafas. “Aku akan belajar membiasakan diri dengan hidupmu, tapi tidak dengan hal yang satu itu.”
“Bukankah itu cuma masalah kecil? aku tak akan bersamanya jika sedang bersamamu,” ujar Pras. “Tolonglah mengerti aku.”
“Kamu juga harus mengerti aku. Kadang hal kecil yang kita anggap sepele bisa berbalik menghancurkan kita.”
**
Sepagi ini Pras begitu bersemangat mengajakku untuk jogging di taman. Ia terlihat bahagia dan wajahnya terlihat makin tampan semenjak ia meninggalkannya. Ya, akhirnya Pras memilih untuk meninggalkannya.
“Kenapa kamu senyum-senyum begitu?” Tanya Pras ketika kamu duduk di bangku taman.
“Aku seneng bisa jogging sama orang ganteng,” kataku iseng.
“Pastinya,” kata Pras dan kami tertawa.
“Pras,” panggilku. Ia menengok ke arahku. “Kamu tak akan kembali padanya kan?” tanyaku.
“Trust me, takkan ada aku lagi..” Pras menggantung kalimatnya. “Takkan ada aku dengan sesuatu bernama ROKOK.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar