“Kamu yakin cuma minta itu?” tanyamu dengan
nada tak percaya.
Aku
mengangguk. “Aku hanya minta kamu untuk meninggalkannya. Kamu tahu betul aku
tak pernah menyukainya.”
Aku
bisa melihat kamu tampak ragu untuk
menyetuj permintaanku. Kamu menunduk dan diam cukup lama.
“Pras,
ini bukan hal yang mustahil kan? Aku tahu kamu bisa meninggalkannya.”
Kamu
masih diam.
“Pras,
please look at me now,” kataku sambil memegang pundaknya. Ia menurut.
“Aku
tahu sulit rasanya meninggalkannya yang sudah terlalu lama menemani hidupmu,”
kataku lembut.
“Apa
kamu gak bisa menerima aku yang tak bisa jauh darinya?”
“Kamu
tentu sudah tahu jawabanku. Aku bisa menerimamu, tapi tidak dengannya.”
Kamu
menunduk dengan tangan menopang kening. “Apakah kamu tak bisa belajar
menerimanya?”
Aku
menghela nafas. “Aku akan belajar membiasakan diri dengan hidupmu, tapi tidak
dengan hal yang satu itu.”
“Bukankah
itu cuma masalah kecil? aku tak akan bersamanya jika sedang bersamamu,” ujar
Pras. “Tolonglah mengerti aku.”
“Kamu
juga harus mengerti aku. Kadang hal kecil yang kita anggap sepele bisa berbalik
menghancurkan kita.”
**
Sepagi
ini Pras begitu bersemangat mengajakku untuk jogging di taman. Ia terlihat
bahagia dan wajahnya terlihat makin tampan semenjak ia meninggalkannya. Ya,
akhirnya Pras memilih untuk meninggalkannya.
“Kenapa
kamu senyum-senyum begitu?” Tanya Pras ketika kamu duduk di bangku taman.
“Aku
seneng bisa jogging sama orang ganteng,” kataku iseng.
“Pastinya,”
kata Pras dan kami tertawa.
“Pras,”
panggilku. Ia menengok ke arahku. “Kamu tak akan kembali padanya kan?” tanyaku.
“Trust
me, takkan ada aku lagi..” Pras menggantung kalimatnya. “Takkan ada aku dengan
sesuatu bernama ROKOK.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar