Jumat, 03 Februari 2012

Cinnamon Hot Chocolate

Hujan turun lagi sore ini. Deras dan berangin. Aku memilih untuk masuk ke café yang ada di depanku untuk sekedar menunggu hujan reda sambil minum sesuatu. Aku belum tahu akan pesan apa. Kubuka pintu kaca itu dan masuk ke dalam. Aroma khas kopi tercium begitu kuat di hidungku ketika aku masuk. Aku berjalan menuju meja counter. Perempuan dengan rambut pendek menyapaku dengan ramah dari balik meja. “Selamat sore, mau pesan apa?” tanyanya ramah dengan senyumannya yang manis.
“Cinnamon hot chocolate dan tiramisu ,” jawabku.
“Pesan berapa mba?” tanyanya lagi.
“Saa.. eh dua saja,” kataku. Lalu dia mengulangi pesananku dan menanyakan apa ada lagi yang ingin kupesan, aku menjawabnya tidak dan aku memilih untuk menikmati pesananku di kursi kosong di sudut ruangan.

“Kenapa mesti hot chocolate coba?” gerutumu ketika hot chocolate pesananku tiba di meja dengan tiramisu. “Mendingan tadi aku yang pesan sendiri,” katamu lagi. 
Aku terkekeh. “Udah minum aja, coklat itu bagus tau bisa bikin mood kamu jadi lebih baik,” kataku lalu menyesap cinnamon hot chocolate yang masih hangat.  Sementara laki-laki di depanku ini hanya memandangi aneh cangkir di tangannya, seolah minuman itu tak layak minum.
“Cobain dulu baru komentar, pasti nanti ketagihan,” kataku mencoba menggodanya.
“Aku pesen espresso aja ya, cantik.” Dia mencoba merayuku. Aku menggeleng. Dia mengerucutkan bibirnya dan dia lucu sekali.
“Perjanjian tetap perjanjian ya!” kataku mengingatkannya. Aku dan dia memiliki perjanjian tentang sepakbola dan karena tim jagoannya kalah telak, ia harus mentraktirku di café favorit kami dan aku yang memilih menunya.
Dia selalu suka kopi dan segala macamnya, sedangkan aku lebih suka coklat atau susu. Aku iseng saja memesan hot chocolate untuknya. Biar lidahnya tak melulu dengan kopi. Dia masih saja terlihat ragu-ragu untuk mendekatkan cangkir itu ke mulutnya. Aku yang gemas dengannya, langsung mengambil sendok kecil di meja lalu menyendokkan cinnamon hot chocolate ke mulutnya dengan paksa. Beberapa tetes tumpah ke meja. Raut wajahnya terlihat aneh setelah hot chocolate itu menyentuh lidahnya. Mungkin ia sedang mecari kata untuk mendeskripsikan rasanya.
“Gimana? manis dan enak kan?” tanyaku.
Dia tersenyum. “Iya manis dan hangat.. seperti kamu,” katanya sambil mengedipkan mata kirinya padaku.
“Hah gombal!” kataku sambil melempar tisu ke wajahnya. Lalu kita saling melempar tawa.

Hujan di luar masih deras dan cinnamon hot chocolate kita mulai dingin. Semua masih sama. Dua cangkir cinnamon hot chocolate dan tiramisu tiap aku datang kesini, hanya saja tak ada kamu sejak kecelakaan satu tahun lalu.




Bogor, tiga di bulan kedua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar