Kamis, 03 Juli 2014

Surat Untuk Abang di Tapal Batas #2

Teruntuk Abang, di tapal batas.


Ingin kubagi sedikit cerita yang membuatku masih saja menahan tawa ketika mengingatnya.
Sebuah pemberitahuan di akun sosial media membuatku mengalihkan jemariku dari lembar putih kosong itu. Lalu aku tertawa. Seorang adik sepupu bertanya tentang siapa sosok ‘abang di tapal batas’. Tentangmu. Entah bagaimana surat yang pernah kutulis untukmu itu membuatnya begitu percaya. Ya, ia percaya bahwa kamu adalah seseorang yang sungguh nyata dalam hidup kakak sepupunya ini.

Ia kemudian menanyakan tentang pertemuan kita, di mana dan bagaimana. Lagi-lagi aku tak kuasa menahan tawa. Menjelaskan bahwa tak pernah ada temu dan sekadar perkenalan, juga balasan surat itu pun kuceritakan apa adanya. Seperti sepupu-sepupuku di Gengges (itu nama geng kami, keluarga Mbah buyut Karso Redjo), ia malah semakin brutal menggodaku. Hahaha.... Ia bahkan menyamakan kita dengan sepasang tokoh dalam novel yang kusuka (karena profesi tokoh utama sih sebenarnya), Fly to The Sky. Sepasang tokoh utama yang saling mencari satu sama lain dengan berbekal informasi yang terlalu sedikit. Tentu saja jauh berbeda dengan kita. Tak ada yang saling mencari. Hanya aku, mengagumimu. Tidak denganmu.

Tak ada yang membuatku sedih tentang kita. Tentang temu dan sapa yang tak pernah nyata. Tidak satupun, Bang. Kau justru menumbuhkan senyum tiap wajahmu muncul di antara potret-potret dalam album acakku. Jika aku butuh semangat untuk menulis lagi, rekaman video tentangmu seolah membuatku harus kembali. Berlebihan. Memang. Namun begitulah dirimu.

Abang, kucukupkan di sini suratku kali ini. Jangan bosan jika kelak aku mengirimu surat lagi. Kuharap kamu hidup dengan baik di sana. Semoga Tuhan selalu menjaga dan memberkahi tiap langkahmu.





Kota Hujan, 03072014



Desvian Wulan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar