Rabu, 06 November 2013

Mati


Aku mendapatimu tak lagi bernyawa sore tadi. Kamu sudah terdiam di dasar sana ketika aku hendak menyapamu sepulang ku dari bekerja, seperti yang biasa ku lakukan. Aku mendapati sesuatu yang aneh ketika kamu hanya diam ketika satu teman hidupmu asyik kesana-kemari seakan tak peduli bahwa temannya sudah mati. Aku mengetuk-ngetuk kaca pemisah kita, berharap kamu mendengar dan segera bangun dari tidurmu. Tak ada gerakan. Kuketuk sekali lagi dengan sedikit lebih keras. Lagi-lagi tak ada jawaban darimu. Aku akhirnya menyadari bahwa kamu sudah tak bernyawa lagi. Kamu mati.

Kamu meninggalkanku. Selamanya. Seperti tuanmu, yang memberikanmu padaku.  Aku masih ingat betul ketika ia datang sore itu, entah beberapa bulan lalu, membawakanku sebuah wadah seperti mangkuk besar yang sudah berisi kamu dan pasanganmu. Malang benar nasib pasanganmu kini, seperti halnya aku yang tak jauh berbeda darinya. Ia, tuanmu, meninggalkanku ketika sebutir peluru dengan sukses menembus dadanya yang pernah jadi tempat yang nyaman untukku bersandar sembari mendengar detak jantungnya. Meninggalkanku yang sedang menunggunya pulang untuk menyematkan cincin itu di jari manisku di hari yang sama ketika ia mengucap janji, sehidup semati. Ia meninggalkanku. Kamu pun meninggalkanku.







Kota Hujan,
06112013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar