“Cindy, cepat bawakan tas Prada
milikku!” teriak Stania dari dalam kamarnya yang kemudian disambung dengan
teriakan saudara perempuannya yang bertubuh gemuk, Alexa. “Cindy, jangan lupa
dengan high heels merahku!” teriak Alexa dari kamar yang satu lagi.
Sementara itu, Cindy, seorang
gadis yang berpakaian kumal dan sedikit berantakan terlihat sibuk sejak pagi
sampai matahari tak tampak lagi kini. Setelah mematikan kompor di dapur, ia
tergesa-gesa menuju ruang khusus untuk mengambil barang yang diminta oleh
kakak-kakak tirinya dan segera mengantarkannya ke kamar mereka.
Setelah selesai puas memoles
wajah mereka, Stania dan Alexa kemudian pergi meninggalkan rumah untuk pergi
pesta. Malam ini pesta dansa akan diadakan di istana dan tentu saja kedua kakak
tirinya sangat ingin ikut serta dalam pesta mewah tersebut. Kabarnya Pangeran
Henry ingin mencari seorang perempuan yang akan dijadikan istrinya. Sebenarnya Cindy
pun ingin ikut, namun ia tak mempunyai gaun yang pantas untuk dikenakan ke
pesta mewah itu.
Cindy yang malang duduk termenung
di loteng sempit yang juga telah menjadi kamarnya beberapa tahun ini. Tepatnya
sejak Ayahnya yang duda menikah lagi dengan seorang janda beranak dua yang kini
pun telah meninggal dunia. Setelah itu Ayahnya pergi berlayar untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya dan belum juga kembali hingga kini. Sebelum pergi
berlayar, ayah menanyakan barang apa yang paling anak-anaknya inginkan sebagai
hadiah jika ayah kembali dari pelayarannya. Stania meminta tas mewah seperti
Prada, Hermes, dan Louis Vuitton. Lalu Alexa meminta yang shoe fetish itu tentu
saja meminta sepatu mahal rancangan desainer terkenal seperti Christian Louboutin
ataupun Stuart Weitzman. Sedangkan Cindy, hanya ingin Ayahnya bisa kembali
dengan selamat dan setangkai mawar merah.
Gadis malang itu duduk seorang
diri di dekat jendela kecil yang juga sebagai satu-satunya sumber cahaya di ‘kamar’nya
yang sempit dan pengap. Bel rumah berbunyi berulang-ulang ketika Cindy sedang
terlarut dalam kenangannya. Dengan langkah gontai, Cindy turun untuk membukakan
pintu dan alangkah terkejutnya Cindy ketika ia tahu siapa yang sejak tadi
membunyikan bel rumah.
“Ayah?!” seru Cindy tak percaya
dan ia langsung memeluk tubuh ayahnya dengan erat. “Ayah aku sangat rindu
padamu!”
“Begitupun aku, Cindy. Bagaimana
kabarmu?” Tanya Ayah. Mereka kemudian bercerita sambil berjalan menuju ruang
tengah.
“Lalu mengapa kau tak pergi ke
pesta dansa seperti kakak-kakakmu?” tanya Ayah.
Cindy tertunduk lesu. “Aku bahkan tak punya
gaun yang cantik, Ayah.”
Sedetik kemudian sang Ayah
membuka barang bawaannya, dibukanya tas besar yang ternyata berisi gaun yang
sangat cantik dan tentu saja ada sepasang sepatu kaca. Ayah menyuruh Cindy segera berganti pakaian
dan pergi ke pesta dansa dan dengan senang hati Cindy segera mengenakan gaun
dari ayahnya itu.
Beberapa waktu kemudian Cindy
kembali dengan gaun dan sepatu kacanya. Ayahnya pun mengantar sendiri putri cantiknya
ke istana Pangeran. Sesampainya di depan
istana, ayahnya berpesan pada Cindy. “Putriku, ini mawar merah yang kau pinta
sebelum aku berangkat berlayar dulu,” kata Ayah sambil menyerahkan setangkai
mawar merah yang merekah kepada Cindy.
“Terima kasih, Ayah,” kata Cindy
kemudian mencium pipi ayahnya.
“Sebelum kau turun, aku hanya
ingin memberitahumu satu hal, pemilik mawar ini adalah seseorang yang telah
menolongku dalam perjalanan pulang, ia mengijinkanku memetik mawarnya untuk
diberikan padamu namun ia mengajukan syarat padaku,” cerita ayah.
“Syarat? Syarat apa itu?” Tanya Cindy
tak mengerti.
“Ia ingin agar anak gadisku yang
meminta mawar ini datang ke kastilnya malam ini selepas jam duabelas malam,”
jawab Ayah. “Jadi aku harap kau jangan terlambat, kastilnya kearah utara dari
istana ini, Jika kau terlambat maka ia akan menghancurkan rumah kita dan semuanya.”
Cindy mengangguk. “Aku akan
datang, Ayah.”
Putri cantikpun turun dari kereta
kencananya dan memukau seisi istana. Pangeran pun terpesona dengan kecantikan
Cindy dan merekapun berdansa. Waktu begitu cepat berlalu, Cindy melihat jam dinding
yang berlapis emas itu sudah hampir menunjuk ke angka duabelas.
“Maaf pangeran, aku harus segera
pergi,” pamit Cindy namun pangeran menahannya.
“Tapi beritahu aku siapa namamu.”
“Ehmm… Cin..Cinderella.”
Cindy segera berlari dan sepatu
kacanya tertinggal satu di tangga istana. Di luar istana, Ayah sudah menunggu
dengan keretanya. Cindy segera masuk dan mereka pergi menuju kastil di utara.
Sang pemilik kastil yang ternyata
hidup seorang diri di kastil yang besar itu sudah menyiapkan makan malam yang
banyak di meja makan. Ia sudah menunggu seorang gadis yang dijanjikan oleh
seorang lelaki tua yang tempo hari ketahuan ingin mencuri mawar merahnya.
Pria buruk rupa itu meminta Cindy
untuk menikah dengannya, namun Cindy menolaknya dan pria itu tidak marah
asalkan Cindy mau menemaninya tinggal di kastilnya. Cindy setuju asalkan ia
diijinkan dulu malam itu dan akan kembali lagi besok malam.
**
Pangeran dan pengawalnya
mendatangi rumah-rumah untuk mencari Cinderella. Ketika tiba giliran rumah
kerumah Cindy, kedua kakaknya pun dengan yakin mencoba sepatu kaca itu namun
tak ada yang cocok. Cindy pun mencobanya dan pas di kakinya.
“Tidak mungkin!” Pangeran tak
percaya. “Tak mungkin Cinderella adalah seorang gadis kumal sepertimu!”
“Tapi aku punya pasangannya,
pangeran,” kata Cindy menunjukkan sebelah lagi sepatu kacanya. “
Ayah Cindy pun tak bisa meyakinkan
pangeran.
“Kau pasti mencurinya dari
Cinderella!” kata pangeran dengan sombong. “Pengawal, ayo kita pergi!”
Pangeran yang sombong itu pergi
dan membuat Cindy sedih dan ia pun memutuskan untuk tinggal di kastil si buruk
rupa. Disana ia menemani pria itu dengan tulus dan memabantunya mengurus
kastilnya. Hati Cindy yang terluka karena Pangeran sombong itu pun perlahan
mulai terobati oleh kebaikan hati si buruk rupa. Cindy pun menyadari bahwa ia
merasa bahwa cintanya tumbuh untuk pria itu.
Cindy mengatakan bersedia untuk
menikah dengannya. Tentu saja si buruk rupa sangat bahagia hatinya karena
berhasil menemukan wanita yang tulus padanya. Kemudian wajah si buruk rupa
berubah menjadi tampan melebihi pangeran sombong. Ternyata ia adalah Pangeran
Christo, saudara Pangeran Henry, yang dikutuk menjadi buruk rupa hingga ada
seorang wanita yang mencintainya setulus hatinya yang bisa menghilangkan
kutukan itu dengan cinta kasihnya.
_The End_
ini gabungan dua dongeng ya hihihi...
BalasHapusiya bu, ini gabungan dongeng Cinderella sama Beauty and The Beast.. Trims udah mampir baca.. :)
BalasHapus