Senin, 14 Mei 2012

Cinderella and The Beast




“Cindy, cepat bawakan tas Prada milikku!” teriak Stania dari dalam kamarnya yang kemudian disambung dengan teriakan saudara perempuannya yang bertubuh gemuk, Alexa. “Cindy, jangan lupa dengan high heels merahku!” teriak Alexa dari kamar yang satu lagi.
Sementara itu, Cindy, seorang gadis yang berpakaian kumal dan sedikit berantakan terlihat sibuk sejak pagi sampai matahari tak tampak lagi kini. Setelah mematikan kompor di dapur, ia tergesa-gesa menuju ruang khusus untuk mengambil barang yang diminta oleh kakak-kakak tirinya dan segera mengantarkannya ke kamar mereka.
Setelah selesai puas memoles wajah mereka, Stania dan Alexa kemudian pergi meninggalkan rumah untuk pergi pesta. Malam ini pesta dansa akan diadakan di istana dan tentu saja kedua kakak tirinya sangat ingin ikut serta dalam pesta mewah tersebut. Kabarnya Pangeran Henry ingin mencari seorang perempuan yang akan dijadikan istrinya. Sebenarnya Cindy pun ingin ikut, namun ia tak mempunyai gaun yang pantas untuk dikenakan ke pesta mewah itu.
Cindy yang malang duduk termenung di loteng sempit yang juga telah menjadi kamarnya beberapa tahun ini. Tepatnya sejak Ayahnya yang duda menikah lagi dengan seorang janda beranak dua yang kini pun telah meninggal dunia. Setelah itu Ayahnya pergi berlayar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan belum juga kembali hingga kini. Sebelum pergi berlayar, ayah menanyakan barang apa yang paling anak-anaknya inginkan sebagai hadiah jika ayah kembali dari pelayarannya. Stania meminta tas mewah seperti Prada, Hermes, dan Louis Vuitton. Lalu Alexa meminta yang shoe fetish itu tentu saja meminta sepatu mahal rancangan desainer terkenal seperti Christian Louboutin ataupun Stuart Weitzman. Sedangkan Cindy, hanya ingin Ayahnya bisa kembali dengan selamat dan setangkai mawar merah.
Gadis malang itu duduk seorang diri di dekat jendela kecil yang juga sebagai satu-satunya sumber cahaya di ‘kamar’nya yang sempit dan pengap. Bel rumah berbunyi berulang-ulang ketika Cindy sedang terlarut dalam kenangannya. Dengan langkah gontai, Cindy turun untuk membukakan pintu dan alangkah terkejutnya Cindy ketika ia tahu siapa yang sejak tadi membunyikan bel rumah.
“Ayah?!” seru Cindy tak percaya dan ia langsung memeluk tubuh ayahnya dengan erat. “Ayah aku sangat rindu padamu!”
“Begitupun aku, Cindy. Bagaimana kabarmu?” Tanya Ayah. Mereka kemudian bercerita sambil berjalan menuju ruang tengah.

“Lalu mengapa kau tak pergi ke pesta dansa seperti kakak-kakakmu?” tanya Ayah.
 Cindy tertunduk lesu. “Aku bahkan tak punya gaun yang cantik, Ayah.”
Sedetik kemudian sang Ayah membuka barang bawaannya, dibukanya tas besar yang ternyata berisi gaun yang sangat cantik dan tentu saja ada sepasang sepatu kaca.  Ayah menyuruh Cindy segera berganti pakaian dan pergi ke pesta dansa dan dengan senang hati Cindy segera mengenakan gaun dari ayahnya itu.
Beberapa waktu kemudian Cindy kembali dengan gaun dan sepatu kacanya.  Ayahnya pun mengantar sendiri putri cantiknya ke istana Pangeran.  Sesampainya di depan istana, ayahnya berpesan pada Cindy. “Putriku, ini mawar merah yang kau pinta sebelum aku berangkat berlayar dulu,” kata Ayah sambil menyerahkan setangkai mawar  merah yang merekah kepada Cindy.
“Terima kasih, Ayah,” kata Cindy kemudian mencium pipi ayahnya.
“Sebelum kau turun, aku hanya ingin memberitahumu satu hal, pemilik mawar ini adalah seseorang yang telah menolongku dalam perjalanan pulang, ia mengijinkanku memetik mawarnya untuk diberikan padamu namun ia mengajukan syarat padaku,” cerita ayah.
“Syarat? Syarat apa itu?” Tanya Cindy tak mengerti.
“Ia ingin agar anak gadisku yang meminta mawar ini datang ke kastilnya malam ini selepas jam duabelas malam,” jawab Ayah. “Jadi aku harap kau jangan terlambat, kastilnya kearah utara dari istana ini, Jika kau terlambat maka ia akan menghancurkan rumah kita dan semuanya.”
Cindy mengangguk. “Aku akan datang, Ayah.”
Putri cantikpun turun dari kereta kencananya dan memukau seisi istana. Pangeran pun terpesona dengan kecantikan Cindy dan merekapun berdansa. Waktu begitu cepat berlalu, Cindy melihat jam dinding yang berlapis emas itu sudah hampir menunjuk ke angka duabelas.
“Maaf pangeran, aku harus segera pergi,” pamit Cindy namun pangeran menahannya.
“Tapi beritahu aku siapa namamu.”
“Ehmm… Cin..Cinderella.”
Cindy segera berlari dan sepatu kacanya tertinggal satu di tangga istana. Di luar istana, Ayah sudah menunggu dengan keretanya. Cindy segera masuk dan mereka pergi menuju kastil di utara.
Sang pemilik kastil yang ternyata hidup seorang diri di kastil yang besar itu sudah menyiapkan makan malam yang banyak di meja makan. Ia sudah menunggu seorang gadis yang dijanjikan oleh seorang lelaki tua yang tempo hari ketahuan ingin mencuri mawar merahnya.
Pria buruk rupa itu meminta Cindy untuk menikah dengannya, namun Cindy menolaknya dan pria itu tidak marah asalkan Cindy mau menemaninya tinggal di kastilnya. Cindy setuju asalkan ia diijinkan dulu malam itu dan akan kembali lagi besok malam.
**
Pangeran dan pengawalnya mendatangi rumah-rumah untuk mencari Cinderella. Ketika tiba giliran rumah kerumah Cindy, kedua kakaknya pun dengan yakin mencoba sepatu kaca itu namun tak ada yang cocok. Cindy pun mencobanya dan pas di kakinya.
“Tidak mungkin!” Pangeran tak percaya. “Tak mungkin Cinderella adalah seorang gadis kumal sepertimu!”
“Tapi aku punya pasangannya, pangeran,” kata Cindy menunjukkan sebelah lagi sepatu kacanya. “
Ayah Cindy pun tak bisa meyakinkan pangeran.
“Kau pasti mencurinya dari Cinderella!” kata pangeran dengan sombong. “Pengawal, ayo kita pergi!”

Pangeran yang sombong itu pergi dan membuat Cindy sedih dan ia pun memutuskan untuk tinggal di kastil si buruk rupa. Disana ia menemani pria itu dengan tulus dan memabantunya mengurus kastilnya. Hati Cindy yang terluka karena Pangeran sombong itu pun perlahan mulai terobati oleh kebaikan hati si buruk rupa. Cindy pun menyadari bahwa ia merasa bahwa cintanya tumbuh untuk pria itu.
Cindy mengatakan bersedia untuk menikah dengannya. Tentu saja si buruk rupa sangat bahagia hatinya karena berhasil menemukan wanita yang tulus padanya. Kemudian wajah si buruk rupa berubah menjadi tampan melebihi pangeran sombong. Ternyata ia adalah Pangeran Christo, saudara Pangeran Henry, yang dikutuk menjadi buruk rupa hingga ada seorang wanita yang mencintainya setulus hatinya yang bisa menghilangkan kutukan itu dengan cinta kasihnya.

_The End_


2 komentar:

  1. ini gabungan dua dongeng ya hihihi...

    BalasHapus
  2. iya bu, ini gabungan dongeng Cinderella sama Beauty and The Beast.. Trims udah mampir baca.. :)

    BalasHapus