Kamis, 29 Maret 2012

kembali (dear MA)


Aku baru kembali, menjejak rerumah dan menunggu lagi..
Hei, aku kembali!
Ahh, kamu pasti tak peduli..

Kau datang ke beranda hanya untuk nya..
Membagi kata dan menyapa dia..
Andai kau tau dia siapa..
Masih kah kau menjaga rasa?

Aku disini..
Berharap celah ini kau isi..
Meski kamu tak pernah mengerti..
Aku belum mau menepi..

merebut rasa (dear MA)



aku menunggumu di beranda
sesering itu aku berharap kamu datang membagi kata
meski kadang aku harus siap pulang membawa setumpuk kecewa
dan sesekali jemariku ingin berbaur dengan kata-kata
berharap kamu merasa pesan-pesan yang terselip bersama nya
kamu, yang tak pernah terlintas sebelumnya
kamu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya
dan kamu, yang pelan-pelan mulai merebut rasa
bisakah aku merebut rasa mu juga?

Minggu, 11 Maret 2012

Takkan Ada Aku Lagi


 “Kamu yakin cuma minta itu?” tanyamu dengan nada tak percaya.
Aku mengangguk. “Aku hanya minta kamu untuk meninggalkannya. Kamu tahu betul aku tak pernah menyukainya.”
Aku bisa melihat kamu  tampak ragu untuk menyetuj permintaanku. Kamu menunduk dan diam cukup lama.
“Pras, ini bukan hal yang mustahil kan? Aku tahu kamu bisa meninggalkannya.”
Kamu masih diam.
“Pras, please look at me now,” kataku sambil memegang pundaknya. Ia menurut.
“Aku tahu sulit rasanya meninggalkannya yang sudah terlalu lama menemani hidupmu,” kataku lembut.
“Apa kamu gak bisa menerima aku yang tak bisa jauh darinya?”
“Kamu tentu sudah tahu jawabanku. Aku bisa menerimamu, tapi tidak dengannya.”
Kamu menunduk dengan tangan menopang kening. “Apakah kamu tak bisa belajar menerimanya?”
Aku menghela nafas. “Aku akan belajar membiasakan diri dengan hidupmu, tapi tidak dengan hal yang satu itu.”
“Bukankah itu cuma masalah kecil? aku tak akan bersamanya jika sedang bersamamu,” ujar Pras. “Tolonglah mengerti aku.”
“Kamu juga harus mengerti aku. Kadang hal kecil yang kita anggap sepele bisa berbalik menghancurkan kita.”
**
Sepagi ini Pras begitu bersemangat mengajakku untuk jogging di taman. Ia terlihat bahagia dan wajahnya terlihat makin tampan semenjak ia meninggalkannya. Ya, akhirnya Pras memilih untuk meninggalkannya.
“Kenapa kamu senyum-senyum begitu?” Tanya Pras ketika kamu duduk di bangku taman.
“Aku seneng bisa jogging sama orang ganteng,” kataku iseng.
“Pastinya,” kata Pras dan kami tertawa.
“Pras,” panggilku. Ia menengok ke arahku. “Kamu tak akan kembali padanya kan?” tanyaku.
“Trust me, takkan ada aku lagi..” Pras menggantung kalimatnya. “Takkan ada aku dengan sesuatu bernama ROKOK.”