Rabu, 31 Juli 2013

Memilih Tak ingat


Kamu tahu rasanya ketika akhirnya kita bertemu dengan seseorang yang dulu pernah dirindukan begitu besar? Senang, tentu saja. Tapi bagaimana kalau seseorang itu datang ketika kita mulai bisa mengikis rindu yang dulu begitu tinggi menggunung? Ketika hati yang dulu berserak serpihan kini sudah mulai tertata? Tentu rasa senang itu tak akan sebegitu besar ketika rindu itu masih utuh. Kemudian muncul keraguan di persimpangan antara sedih dan senang.Jika bisa memilih, tentu aku akan memilih untuk tak ingat saja, agar aku tak pernah bertemu dengan persimpangan itu. 

Bayang wajah yang hampir buyar dalam ingat mendadak tergambar jelas kembali. Tapi kamu tentu tak tahu ketika itu aku pun menyadari ada yang hilang ketika kamu kembali. Anehnya aku tak merasa kehilangan sesuatu yang hilang itu dan justru menyesalkan bayang wajahmu yang terlalu jelas ke permukaan. Mungkinkah aku sudah berhasil?


Entah berhasil atau tidak, aku tak lagi peduli. Aku hanya tak ingin menghancurkan semua benteng yang sudah kubangun dari retakan-retakan hati yang nyaris mendebu. Tentu kamu juga tak tahu, butuh waktu yang tak sedikit untuk itu. Ah, sudahlah.. Kamu juga tak akan tahu dan mau tahu dengan ocehan anak kecil ini.