Rabu, 28 Oktober 2015

Menunggumu

pict from here



Pras meraihku cepat lalu menghempaskan tubuhku ke sudut ruangan. Aku jatuh berdebum. Kau bodoh jika bertanya bagaimana perasaanku. Hancur tentu saja. Hanya sebatas itukah cintanya? Ketika perempuan itu datang menemuinya tiga puluh menit lalu untuk mengakhiri kisah cinta mereka? Lalu melampiaskannya padaku.

Ya Tuhan, ingin rasanya kuhajar dia agar segera waras. Oh, aku lupa bahwa dia memang sudah gila. Benar-benar gila. Gila karena cintanya pada perempuan itu, Lolita.

Dasar pecundang kau, Pras!  

Lima tahun. Mereka berakhir setelah lima tahun sejak aku diserahkan pada Lolita. Akan kuceritakan bagaimana aku bisa berada di antara mereka. Tak tahu bagaimana mulanya mereka bertemu hingga akhirnya saling jatuh cinta, yang jelas aku dihadirkan oleh Pras lima tahun yang lalu.

Pras mendandaniku dengan cantik. Meletakkanku dengan hati-hati pada kotak beledu warna biru, seolah aku adalah hartanya yang paling berharga. Ia bahkan memberiku teman, segulung kertas kecil yang ditulisinya penuh harap. Diserahkannya aku pada Lolita sebagai hadiah pernikahan. Masih kuingat bagaimana reaksi Lolita ketika membukanya sembunyi-sembunyi beberapa jam setelahnya. Perempuan itu menggenggamku erat sambil matanya membaca beberapa deret aksara yang ditulis Pras.

Ketika di perjalanan kau merasakan ketakutan, aku masih menyediakan kata pulang. Dan akan kusediakan rindu dengan segala bentuk yang kau mau.

Lima tahun lalu adalah hari pernikahan Lolita. Dengan lelaki lain. Dan Pras menunggu perempuan itu pulang. Ke rumahnya.







Bogor, 28-10-2015

 Diikutkan dalam #nulisbarengalumni #kampusfiksi